Search This Blog

Wednesday, February 9, 2011

Korban Fosfor Berikan Tamparan Bagi Israel

GAZA (Berita SuaraMedia) - Tanggal 29 Maret, tepat sepuluh minggu setelah memberikan kesaksian kepada BTselem, Ghada Abu Halima menghembuskan nafasnya yang terakhir di sebuah Rumah Sakit Mesir, karena parahnya luka yang ia derita saat terkena bom fosfor putih zionis Israel. Berikut kutipan kesaksian almarhumah kepada BTselem:
"Hingga minggu lalu, saya masih tinggal bersama Muhammad, suami saya, dan dua orang putri kami Farah, 3, dan Aya yang masih berusia 6 bulan di daerah a-Sifa di Beit Lahiya. Kami tinggal seatap dengan kedua orang tua Muhammad, Sadallah Abu Halima, 44, dan Sabah Abu Halima, 44, ditambah dengan para saudara Muhammad: Omar, 18, Yusef, 16, Abd a-Rahim, 13, Zeid, 11, Hamzah, 10, Ali, 4, dan si mungil Shahd, 1."
"Rumah yang kami tinggali berlantai dua. Di lantai pertama, terdapat ruang penyimpanan seluas 250 meter persegi, dan kami tinggal di lantai dua. Kami adalah keluarga petani, dan kami memiliki sebuah lahan disamping rumah."
"Hari Sabtu malam, tanggal 3 Januari, jet-jet tempur Israel menyebarkan selebaran yang isinya meminta seluruh warga untuk meninggalkan kediaman masing-masing. Dalam penyerbuan sebelumnya, mereka melakukan hal yang sama (menyebar pamflet), dan kami tidak meninggalkan rumah, jadi kali ini kamipun memutuskan untuk tidak meninggalkan rumah."
"Keesokan harinya (4 Januari), sekitar pukul empat sore, ketika semua anggota keluarga ada di rumah, serdadu zionis mulai membombardir sekitar kediaman kami. Beberapa saat kemudian, sebuah bom jatuh tepat di rumah kami. Api membumbung tinggi di dalam rumah dan beberapa orang anggota keluarga langsung terpanggang dan menemui ajal: Ayah mertua, bayi perempuan mungil, Shahd, serta tiga ipar laki-laki saya, Abd a-Rahim, Zeid, dan Hamzah."
"Sementara itu, ibu mertua, Yusef, Omar, dan Ali menderita luka bakar parah. Api terus menjalar ke seluruh penjuru rumah. Saya mendekap putri saya, Farah, erat-erat, kami berdua pun tak luput dari kobaran api ledakan bom, kami terbakar hidup-hidup, sebagian pakaian saya terbakar, demikian halnya dengan kulit saya dan juga Farah."
"Untungnya, atas perlindungan Allah, putri kedua saya, Aya, sama sekali tidak terluka. Saya langsung merobek baju saya dan berteriak karena rasa sakit yang tidak tertahankan. Saya bertelanjang dihadapan seluruh penghuni rumah. Sekujur tubuh saya terbakar hebat, dan rasa sakitnya amat sangat terasa. Saya bahkan dapat mencium aroma daging saya sendiri yang terbakar."
"Kondisi saya sangat parah. Saya kemudian mencari sesuatu untuk menutupi aurat saya. Ipar laki-laki saya melepaskan celananya agar dapat saya kenakan, bagian atas tubuh saya tetap terbuka, hingga suami saya datang menghampiri dan menutupinya dengan jaket."
"Kemudian, suami saya lari ke jalan untuk meminta pertolongan dari warga sekitar untuk membantu mengevakuasi jasad keluarga kami yang tewas, ia juga mencoba mencari  ambulans yang mungkin lewat. Namun hasilnya nihil, tak satupun ambulans atau mobil pemadam kebakaran yang berlalu. Untungnya, dua orang sepupu suami saya -yang kebetulan tinggal dekat rumah kami- Matar dan Muhamad Hikmat Abu Halima, datang menolong. Saya dipapah suami, dan Nabilah, bibi suami saya, menggendong Farah. Seorang bibi lainnya, yang turut menolong, menggendong Aya."
"Muhammad, Farah, Nabilah dan ketiga puteranya, Ali, Omar, Matar, dan saya, menaiki sebuah kereta yang ditarik oleh sebuah traktor. Muhammad Hahmat yang mengemudi, menuju rumah sakit Kamal Adwan. Kami membawa serta jasad bayi Shahd. Sementara jasad yang lainnya terpaksa kami tinggalkan."
"Ditengah jalan, kami melihat sejumlah serdadu zionis berjarak 300 meter dari al-Atatrah Square. Muhammad menghentikan laju traktor, ketika tiba-tiba, para serdaru tersebut melepaskan tembakan kearah kami. Matar dan Muhammad Hikmat tewas seketika. Sementara Ali mengalami luka-luka dan sempat melarikan diri bersama Nabilah dan Omar."
"Para serdadu tersebut kemudian meminta suami saya membuka baju. Lalu suami saya kembali mengenakan bajunya dan para serdadu Israel menyuruh kami meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki. Ketiga jasad saudara kami tinggalkan di kereta. Saya, suami, dan Farah berjalan menuju alun-alun dimana kemudian ada sebuah mobil yang lewat, kami lalu menumpang mobil tersebut. Sang pengemudi mengantar kami ke RS al-Shifaa. Ketika kami tiba di rumah sakit, waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore."
"Saya masih dirawat di rumah sakit. Sekujur tubuh saya menderita luka bakar, termasuk wajah saya. Sementara Farah menderita luka bakar tingkat tiga."
"Kami kemudian dirujuk ke Mesir untuk mendapatkan perawatan disana, namun kami ditembaki ketika para petugas medis mencoba mengantar kami ke Rafah dengan ambulans. Wajah sang pengemudi ambulans terluka, dia lalu memutuskan untuk berputar kembali ke rumah sakit. Hingga saat ini, kami masih menunggu ijin untuk bisa pergi ke Mesir."
Ghada Riab Abu Halima, 21, adalah seorang ibu dua anak, penduduk Beit Lahiya, jalur Gaza. Kesaksian ini diserahkan kepada Muhammad Sabah di RS al-Shifaa pada tanggal 9 Januari 2009. (dn) http://www.suaramedia.com

No comments:

Post a Comment