Search This Blog

Tuesday, February 15, 2011

Menelusuri Kejahatan Zionis Israel di Abad 20

Saat resolusi nomor 3379 pada tahun 1975 diputuskan Majlis Umum PBB dengan suara mayoritas, hanya sedikit orang yang berpikir bahwa lembaga-lembaga PBB setelah itu terpaksa akan mengeluarkan puluhan ratifikasi dan resolusi anti-politik rasis Zionis Israel, setiap tahunnya. Resolusi nomor 3379 menyebut Zionis Israel sebagai rezim yang setara dengan rasialisme.
Pada tahun itu, PBB kembali mempelajari puluhan kasus dan kejahatan anti-Zionis Israel pada abad 20. Resolusi yang menegaskan kesetaraan Zionis Israel dengan rasialisme, menjadi data resmi lembaga internasional yang tentunya mengundang perhatian dunia.
Zionis Israel di penghujung abad 19 menyatakan eksistensinya yang didukung penuh Eropa. Pada abad 20, Zionis Israel memperkokoh keberadaannya sebagai anak emas politik dan militer AS di kawasan sensitif dan strategis Timur Tengah. Dalam pengusutan kembali kasus-kasus brutal Zionis Israel di kawasan, pembantaian massal di desa Deir Yassin dan Kafr Qassem di awal pembentukan rezim penjajah Zionis Israel menjadi perhatian khusus.
Pada tanggal 9 April 1948, hanya beberapa pekan setelah pengumuman deklarasi rezim penjajah Zionis Israel, terjadi penyerangan ke desa Deir Yassin oleh satuan teror yang bernama Irgun di bawah pimpinan Menachem Begin. Serangan brutal di awal pembentukan rezim Zionis itu menggugurkan 254 laki-laki, perempuan dan anak-anak. Pembantaian massal itu tercantum dalam ingatan sejarah yang tak mudah dilupakan begitu saja.
Wakil Palang Merah saat itu, Jacques de Reynier yang saat itu diutus menyaksikan langsung desa Deir Yassin, mengatakan, "Ratusan jasad sudah kaku. Dapat dipastikan bahwa para serdadu Zionis Israel menembaki warga setempat dengan senjata otomatis dan mengakhirinya dengan granat. Semua ini menggambarkan pemandangan yang keji." Ia juga mengatakan, "Bahkan ditemukan tumpukan jasad berserakan di rumah-rumah, jalan dan ladang."
Tak diragukan lagi, Rezim Zionis Israel dibentuk berlandaskan pembantaian massal, pendudukan, ekspansi dan rasialisme. Rezim kejam ini juga mampu bercokol di kawasan karena dukungan penuh Barat.
Peristiwa lainnya yang juga mencermimkan arogansi dan brutalitas Zionis Israel adalah pembantaian massal di dua kamp Palestina, Sabra dan Shatila. Pembantaian massal di dua kamp itu menjadi catatan sejarah yang tak dapat dihapus oleh Zionis Israel. Sabra dan Shatila adalah dua kamp besar yang terdiri dari 12 kamp para pengungsi Palestina di Lebanon, tepatnya di selatan Beirut. Pada tanggal 16 hingga 18 September 1982, dunia kembali dikejutkan kekejian Zionis Israel di Sabra dan Shatila. Pembantaian massal kali ini dipimpin oleh Ariel Sharon. Satuan serdadu Zionis Israel ini menerjang perbatasan Lebanon dan memasuki jantung kota untuk menduduki ibukota Lebanon.
Setelah itu, Zionis Israel yang berkonspirasi dengan pasukan Palangis yang juga antek-antek Tel Aviv, membasmi para pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila, pagi dini hari pada tanggal 16 September 1982. Serangan itu tercatat sebagai pembantaian massal keji.
Menurut data yang ada, 2.297 warga tewas dalam pembunuhan massal yang dipimpin oleh Ariel Sharon. Jasad laki-laki, perempuan dan anak-anak berserakan di mana-mana yang saat itu menjadi sorotan televisi dan mengundang perhatian luas opini umum. Saat itu, pendudukan Zionis Israel memasuki umur 30 tahun. Akan tetapi wajah Rezim Zionis benar-benar terpuruk dan tercoreng di mata dunia. Dalam kurun 24 jam, dua kamp besar Palestina, Sabra dan Shatila, berubah menjadi puing-puing bangunan. Jasad-jasad manusia terkapar di mana-mana di samping bangkai kucing dan anjing. Ini semua mencerminkan brutalitas dan arogansi Zionis Israel.
Tony Clifton yang saat itu menjadi reporter AS menulis buku "God Cried", mengatakan, "Hal yang membuatku bergemetar adalah jasad-jasad Palestina yang terbakar. Setelah itu diketahui bahwa jasad-jasad itu dibakar dengan bensin. Semua jasad itu gosong dan hanya gigi putih yang tersisa."
Ghazi Khurshid, penulis asal Arab, dalam bukunya Terorisme Zionis di Palestina Pendudukan menulis, "Di jalan kamp ada jasad lima perempuan dan anak-anak yang jatuh di atas gundukan tanah. Salah satu jasad tercabik-cabik dan di sampingnya terdapat kepala anak perempuan yang terpisah dari badannya. Tidak jauh dari tempat itu, ada seorang perempuan yang gugur syahid sambil memeluk bayi yang juga gugur syahid. Ibu dan bayi itu gugur karena peluru-peluru yang dimuntahkan serdadu Zionis Israel."
David Hirts dalam bukunya The Gun and the Olive Branch menceritakan kesaksiannya atas kamp Sabra dan Shatila. Disebutkannya, "Pasukan Palangis setelah berkoordinasi dengan tentara Israel, memasuki kamp Sabra dan Shatila. Satuan pertama mencakup 15 personel yang dilengkapi dengan senjata otomatis. Mereka juga membawa pisau. Pembunuhan massal berlangsung selama 24 jam.. Mereka masuk ke rumah-rumah dengan paksa dan membantai warga Palestina. Pasukan Palangis menutup mata pengungsi Palestina dan mengulitinya, bahkan mengeluarkan isi perut. Mereka juga menyakiti anak-anak bahkan membenturkan kepala mereka ke tembok. Dalam serangan keji itu, organ pengungsi Palestian seperti tangan dan jari-jari, dipotong-potong, bahkan berserakan di jalan-jalan kamp."
Setelah itu, bulldozer meratakan kamp itu sehingga ribuan warga Palestina terkubur dalam satu tempat. Perilaku Zionis Israel benar-benar mencerminkan kekejian luar biasa, bahkan para pengungsi Palestina di negara lain pun dimusnahkan dengan cara sadis.
Berita dan gambar kekejian yang terjadi di kamp Sabra dan Shatila tersebar luas hingga mendorong opini publik dan lembaga-lembaga internasional harus bereaksi keras. Di Italia, para pegawai Bandara Roma menuntut supaya memboikot perusahanan maskapai Zionis Israel, El Al. Di Perancis, para guru meliburkan kelas-kelas mereka dan menulis surat ke Presiden Perancis saat itu, Francois Mitterrand, untuk menuntut penghentian hubungan diplomatik dengan Zionis Israel.
Tiga bulan setelah pembunuhan massal di Sabra dan Shatila, Sidang Umum PBB yang ditekan opini umum saat itu, akhirnya mengecam aksi brutal Zionis Israel itu dan mengeluarkan resolusi yang isinya menegaskan pembantaian massal Israel atas bangsa Palestina. Resolusi didukung dengan suara mayoritas, 98 suara sepakat, 19 suara menentang dan 23 suara abstain. Dampak pembunuhan massal di kamp Sabra dan Shatila itu berujung pada pencopotan jabatan Ariel Sharon dan pengadilan di Komite Investigasi Israel. Akan tetapi pengadilan dan pencopotan jabatan itu hanya diyakini sebagai sandiwara Tel Aviv untuk mengurangi tekanan opini umum.
10 tahun setelah pembantaian massal itu, pengadilan tinggi Belgia mengeluarkan perintah untuk menangkap Ariel Sharon. Wajah Zionis Israel kian dikenal keji. Akan tetapi lemahnya PBB membuat dunia Barat bungkam. Dunia pun dari hari ke hari terus menyaksikan kekejian Zionis Israel. Dalam hasil jajak pendapat yang digelar Gallup, opini umum di negara-negara anggota Uni Eropa pada tahun 2003 menilai Zionis Israel sebagai rezim anti-perdamaian. 500 ribu warga Eropa dari 12 negara anggota Uni Eropa pada tahun itu juga mmenyebut Zionis Israel sebagai rezim penentang hak asasi manusia, haus perang dan perusak stabilitas di kawasan.
Pada Tanggal 26 April tahun 1996, operasi militer Rezim Zionis menyerang Lebanon yang berlangsung enam belas hari. Dalam operasi militer ini, tentara Zionis dari darat, laut, dan udara menyerang kawasan selatan Lebanon dan ibu kota negara ini, Beirut. Akibat serangan Zionis itu, selain sebagian besar kawasan pemukiman sipil dan sentra-sentra ekonomi hancur, 180 warga Lebanon juga tewas, dan ratusan lainnya luka-luka.
Dalam perang 33 hari pada tahun 2006, Zionis Israel menyerang Lebanon yang menyebabkan ribuan warga terlantar dan gugur syahid. Pada tahun 2008, Zionis Israel kembali menunjukkan sikap brutalnya dengan menyerang Jalur Gaza yang saat itu diblokade. Perang Gaza dikenal dengan perang 22 hari. Dengan perjuangan dan kegigihan bangsa Palestina, khususnya rakyat Gaza, militer Zionis Israel tidak dapat membumihanguskan Jalur Gaza. Ini semua mencerminkan kebengisan Zionis Israel yang tidak dapat ditoleransi.
Gambar anak-anak yang menjadi korban perang 22 hari dan 33 hari menyayat hati opini publik. Korban-korban yang dirawat di rumah sakit dengan fasilitas yang terbatas dan puing-puing bangunan yang rusak akibat perang sudah menjadi pemandangan umum dampak brutalitas Zionis Israel. Di mata dunia, Israel kian terkucilkan.

Dalam mereaksi perang Gaza selama 22 hari, PBB membentuk komite investigasi yang dipimpin oleh Hakim Richard Goldstone untuk mengusut kriminalitas perang 22 hari dan para pelakunya. Dalam laporan setebal 600 halaman, Goldstone menyebut Zionis Israel sebagai penjahat perang. Dengan demikian, Perdana Menteri Zionis Israel saat itu, Ehud Olmert dan Menteri Peperangan saat itu, Ehud Barak menjadi pihak-pihak yang bertanggung jawab penuh atas perang 22 hari itu.
Lebih dari itu, sejumlah pengadilan di Inggris, Perancis, Spanyol dan Belgia mengeluarkan perintah penangkapan atas para pejabat Zionis Israel dengan tudingan penjahat perang.
Pada tahun 2009, Dan Meridor yang saat itu menjabat sebagai wakil perdana menteri Israel membatalkan kunjungan ke London karena khawatir ditangkap. Padahal Dan Meridor direncanakan ikut serta dalam acara tahunan yang digelar Pusat Riset dan Hubungan London-Tel Aviv. Ini menunjukkan bahwa para pejabat Zionis tidak merasa aman meski di negara Barat. (IRIB/AR/SL)

Rahasia Kecerdasan Orang Yahudi berdasarkan riset Dr Stephen Carr Leon

Artikel Dr Stephen Carr Leon patut menjadi renungan bersama. Stephen menulis dari pengamatan langsung. Setelah berada tiga tahun di Israel karena menjalani housemanship dibeberapa rumah sakit di sana . Dirinya melihat ada beberapa hal yang menarik yang dapat ditarik sebagai bahan tesisnya, yaitu, “Mengapa Yahudi Pintar?”

Ketika tahun kedua, akhir bulan Desember 1980, Stephen sedang menghitung hari untuk pulang ke California , terlintas di benaknya, apa sebabnya Yahudi begitu pintar? Kenapa Tuhan memberi kelebihan kepada mereka? Apakah ini suatu kebetulan? Atau hasil usaha sendiri?

Maka Stephen tergerak membuat tesis untuk Phd-nya. Sekadar untuk Anda ketahui, tesis ini memakan waktu hampir delapan tahun. Karena harus mengumpulkan data-data yang setepat mungkin.

Marilah kita mulai dengan persiapan awal melahirkan. Di Israel, setelah mengetahui sang ibu sedang mengandung, sang ibu akan sering menyanyi dan bermain piano. Si ibu dan bapak akan membeli buku matematika dan menyelesaikan soal bersama suami.

Stephen sungguh heran karena temannya yang mengandung sering membawa buku matematika dan bertanya beberapa soal yang tak dapat diselesaikan. Kebetulan Stephen suka matematika.
Stephen bertanya, “Apakah ini untuk anak kamu?”

Dia menjawab, “Iya, ini untuk anak saya yang masih di kandungan, saya sedang melatih otaknya, semoga ia menjadi jenius.” Hal ini membuat Stephen tertarik untuk mengikut terus perkembangannya.
Kembali ke matematika tadi, tanpa merasa jenuh si calon ibu mengerjakan latihan matematika sampai genap melahirkan.
Hal lain yang Stephen perhatikan adalah cara makan. Sejak awal mengandung dia suka sekali memakan kacang badam dan korma bersama susu. Tengah hari makanan utamanya roti dan ikan tanpa kepala bersama salad yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang-kacangan.
Menurut wanita Yahudi itu, daging ikan sungguh baik untuk perkembangan otak dan kepala ikan mengandungi kimia yang tidak baik yang dapat merusak perkembangan dan penumbuhan otak anak didalam kandungan. Ini adalah adat orang orang Yahudi ketika mengandung. menjadi semacam kewajiban untuk ibu yang sedang mengandung mengonsumsi pil minyak ikan..
Ketika diundang untuk makan malam bersama orang orang Yahudi. Begitu Stephen menceritakan, “Perhatian utama saya adalah menu mereka. Pada setiap undangan yang sama saya perhatikan, mereka gemar sekali memakan ikan (hanya isi atau fillet),” ungkapnya.
Biasanya kalau sudah ada ikan, tidak ada daging. Ikan dan daging tidak ada bersama di satu meja. Menurut keluarga Yahudi, campuran daging dan ikan tak bagus dimakan bersama. Salad dan kacang, harus, terutama kacang badam.

Uniknya, mereka akan makan buah buahan dahulu sebelum hidangan utama. Jangan terperanjat jika Anda diundang ke rumah Yahudi Anda akan dihidangkan buah buahan dahulu. Menurut mereka, dengan memakan hidangan kabohidrat (nasi atau roti) dahulu kemudian buah buahan, ini akan menyebabkan kita merasa ngantuk.
Akibatnya lemah dan payah untuk memahami pelajaran di sekolah.
Di Israel, merokok adalah tabu, apabila Anda diundang makan dirumah Yahudi, jangan sekali kali merokok. Tanpa sungkan mereka akan menyuruh Anda keluar dari rumah mereka. Menyuruh Anda merokok di luar rumah mereka.
Menurut ilmuwan di Universitas Israel , penelitian menunjukkan nikotin dapat merusakkan sel utama pada otak manusia dan akan melekat pada gen. Artinya, keturunan perokok bakal membawa generasi yang cacat otak (bodoh). Suatu penemuan yang dari saintis gen dan DNA Israel.
Perhatian Stephen selanjutnya adalah mengunjungi anak-anak Yahudi. Mereka sangat memperhatikan makanan, makanan awal adalah buah buahan bersama kacang badam, diikuti dengan menelan pil minyak ikan (code oil lever).
Dalam pengamatan Stephen, anak-anak Yahudi sungguh cerdas. Rata rata mereka memahami tiga bahasa, Hebrew, Arab dan Inggris. Sejak kecil mereka telah dilatih bermain piano dan biola. Ini adalah suatu kewajiban. Menurut mereka bermain musik dan memahami not dapat meningkatkan IQ.. Sudah tentu bakal menjadikan anak pintar. Ini menurut saintis Yahudi, hentakan musik dapat merangsang otak.Tak heran banyak pakar musik dari kaum Yahudi.
Seterusnya di kelas 1 hingga 6, anak anak Yahudi akan diajar matematika berbasis perniagaan. Pelajaran IPA sangat diutamakan. Di dalam pengamatan Stephen, “Perbandingan dengan anak anak di California , dalam tingkat IQ-nya bisa saya katakan 6 tahun kebelakang!! !” katanya.

Segala pelajaran akan dengan mudah di tangkap oleh anak Yahudi. Selain dari pelajaran tadi olahraga juga menjadi kewajiban bagi mereka. Olahraga yang diutamakan adalah memanah, menembak dan berlari.
Menurut teman Yahudi-nya Stephen, memanah dan menembak dapat melatih otak fokus. Disamping itu menembak bagian dari persiapan untuk membela negara.

Selanjutnya perhatian Stephen ke sekolah tinggi (menengah). Di sini murid-murid digojlok dengan pelajaran sains. Mereka didorong untuk menciptakan produk. Meski proyek mereka kadangkala kelihatannya lucu dan memboroskan, tetap diteliti dengan serius.
Apa lagi kalau yang diteliti itu berupa senjata, medis dan teknik. Ide itu akan dibawa ke jenjang lebih tinggi.

Satu lagi yg di beri keutamaan ialah fakultas ekonomi.. Saya sungguh terperanjat melihat mereka begitu agresif dan seriusnya mereka belajar ekonomi. Diakhir tahun diuniversitas, mahasiswa diharuskan mengerjakan proyek. Mereka harus memperaktekkanya.
Anda hanya akan lulus jika team Anda (10 pelajar setiap kumpulan) dapat keuntungan sebanyak $US 1 juta!

Anda terperanjat?
Itulah kenyataannya.
Kesimpulan, pada teori Stephen adalah, melahirkan anak dan keturunan yang cerdas adalah keharusan. Tentunya bukan perkara yang bisa diselesaikan semalaman. Perlu proses, melewati beberapa generasi mungkin?
Kabar lain tentang bagaimana pendidikan anak adalah dari saudara kita di Palestina. Mengapa Israel mengincar anak-anak Palestina. Terjawab sudah mengapa agresi militer Israel yang biadab dari 27 Desember 2008 kemarin memfokuskan diri pada pembantaian anak-anak Palestina di Jalur Gaza.
Seperti yang kita ketahui, setelah lewat tiga minggu, jumlah korban tewas akibat holocaust itu sudah mencapai lebih dari 1300 orang lebih. Hampir setengah darinya adalah anak-anak.
Selain karena memang tabiat Yahudi yang tidak punya nurani, target anak-anak bukanlah kebetulan belaka. Sebulan lalu, seusai Ramadhan 1429 Hijriah, Ismali Haniya, pemimpin Hamas, melantik sekitar 3500 anak-anak Palestina yang sudah hafidz al-Quran.
Anak-anak yang sudah hafal 30 juz Alquran ini menjadi sumber ketakutan Zionis Yahudi. “Jika dalam usia semuda itu mereka sudah menguasai Alquran, bayangkan 20 tahun lagi mereka akan jadi seperti apa?” demikian pemikiran yang berkembang di pikiran orang-orang Yahudi.

Tidak heran jika-anak Palestina menjadi para penghafal Alquran.. Kondisi Gaza yang diblokade dari segala arah oleh Israel menjadikan mereka terus intens berinteraksi dengan al-Qur’an. Tak ada main Play Station atau game bagi mereka.
Namun kondisi itu memacu mereka untuk menjadi para penghafal yang masih begitu belia. Kini, karena ketakutan sang penjajah, sekitar 500 bocah penghafal Quran itu telah syahid.
Perang panjang dengan Yahudi akan berlanjut entah sampai berapa generasi lagi. Ini cuma masalah giliran. Sekarang Palestina dan besok bisa jadi Indonesia . Bagaimana perbandingan perhatian pemerintah Indonesia dalam membina generasi penerus dibanding dengan negara tetangganya.
Ambil contoh tetangga kita yang terdekat adalah Singapura. Contoh yang penulis ambil sederhana saja, Rokok. Singapura selain menerapkan aturan yang ketat tentang rokok, juga harganya sangat mahal.

Benarkah merokok dapat melahirkan generasi “Goblok!” kata Goblok bukan dari penulis, tapi kata itu sendiri dari Stephen Carr Leon sendiri. Dia sudah menemui beberapa bukti menyokong teori ini.
“Lihat saja Indonesia ,” katanya seperti dalam tulisan itu.
Jika Anda ke Jakarta , di mana saja Anda berada, dari restoran, teater, kebun bunga hingga ke musium, hidung Anda akan segera mencium bau asak rokok! Berapa harga rokok? Cuma US$ .70cts !!!

“Hasilnya? Dengan penduduknya berjumlah jutaan orang berapa banyak universitas? Hasil apakah yang dapat dibanggakan? Teknologi? Jauh sekali. Adakah mereka dapat berbahasa selain dari bahasa mereka sendiri? Mengapa mereka begitu sukar sekali menguasai bahasa Inggris? Ditangga berapakah kedudukan mereka di GNP sedunia?
Apakah ini bukan akibat merokok? Anda fikirlah sendiri?”
Apa yg diminta kebanyakan orang Indonesia untuk sebutan TIPS?? “uang rokok”.
Seorang buruh pasar, tukang becak, kuli & saudara2 kita dengan penghasilan hari ini untuk makan hari ini ketika pertama kali menerima upah apa yg dibelinya ? “rokok”.
Bahkan kebanyakan mereka rela tidak sarapan asal bisa ngerokok…. .
</span>
<span> </span>

Sumber: http://kamar. noersilo. web.id/2009/ 02/rahasia- kecerdasan- yahudi/
http://www.huteri.com/313/rahasia-kecerdasan-orang-yahudi/

Thursday, February 10, 2011

Yahudi Indonesia : Lebih Baik Diskusi dengan FPI dari pada dengan Liberal

Yahudi Indonesia : Lebih Baik Diskusi dengan FPI dari pada dengan Liberal
Jum'at, 28 Januari 2011 
Hidayatullah.com--Bulan Desember 2010 lalu Hidayatullah Media melakukan safari jurnalistik ke beberapa daerah di Sulawesi Utara (Sulut). Kunjungan tersebut dilakukan untuk melihat dari dekat pengaruh Yahudi di daerah yang didominasi umat Nasrani tersebut.
Sebelumnya, diberitakan pemerintah Kabupaten Minahasa Utara, Sulut, telah membangun sebuah menara Yahudi (menorah) setinggi 19 meter di kaki Gunung Klabat. Menorah itu merupakan yang terbesar di dunia, dibandinkan dengan menorah serupa di Gedung Parlemen Israel, Knesset, yang hanya setinggi lima meter.
Selain menorah, hal-hal berbau dukungan terhadap Israel juga mudah ditemukan di daerah Minahasa ini. Seperti lambang Bintang Daud yang bisa ditemukan di bus-bus dan angkutan kota, bendera Israel di pangkalan ojek, dan sebagainya. Sinagog, rumah ibadah Yahudi pun ada di daerah ini.
Dalam kesempatan itu, Hidayatullah Media juga melakukan wawancara dengan Ketua Indonesia Jews Community, Yaacov Baruch. Berikut kutipan wawancara wartawan Hidayatullah Media, Surya Fachrizal dengan Yaacov, yang juga menjadi dosen di Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi, Manado, seperti dikutip dari majalah Suara Hidayatullah edisi Januari 2011.
Bagaimana keturunan Yahudi di Manado bisa berkumpul?
Kita kenalnya dari marga. Keturunan-keturunan Yahudi di Indonesia berasal dari Belanda dan Irak. Tapi untuk pengetahuan, mereka sudah tidak tahu sama sekali ajaran Yahudi.
Di keluarga, cuma saya saja yang getol mendalami ajaran Yahudi. Dan, ketika kita kumpulkan, ternyata mereka banyak yang Kristen, ada yang Muslim, ada yang Buddhis.
Apakah Yahudi punya tujuan mencari pengikut di negeri ini?
Dalam Judaisme, kita tidak boleh mengajak orang masuk ke agama kita. Itu sangat diharamkan oleh rabbi-rabbi. Dalam aturan Yahudi, halacha, kita disuruh menolak orang yang mau masuk ke Yahudi sampai tiga kali.
Kalau ada orang non-Yahudi bilang ke rabbi kalau dia ingin jadi Yahudi, dia akan ditanya, untuk apa? Kamu akan menjadi gila. Kamu orang bebas, untuk apa mau jadi orang yang paling dibenci, paling dikutuk oleh dunia.
Jadi sebenarnya, orang Yahudi itu menganggap konyol jika ada orang non-Yahudi mau menjadi Yahudi.
Harapan Anda sebagai Yahudi terhadap pemerintah Indonesia?
Saya ingin seperti di Iran. Iran itu sangat anti Israel, dia anti sekali zionisme. Tetapi dia melindungi warga Yahudi di negaranya. Karena kita Yahudi, tidak mau disamakan dengan zionisme. Kita lahir di Indonesia, apa urusannya dengan negara Israel. Tidak semua Yahudi mendukung zionisme.
Justru yang berbahaya itu gerakan Zionis Kristen, seperti yang banyak terdapat di Amerika. Mereka yang sangat mendukung berdirinya negara Yahudi Israel di Palestina.
Mengapa mereka bisa seperti itu?
Karena mereka percaya semakin cepat membuat orang-orang Yahudi pulang (ke Jerusalem), maka Yesus Kristus itu cepat datang .
Apakah anda mendukung Zinonisme?
Tolong digarisbawahi, Judaisme itu berbeda dengan Zionisme. Zionisme adalah gerakan politik dari orang Yahudi sekuler yang mau membangun negara Israel raya. Sedangkan rabbi-rabbi ortodoks menentang pendirian negara Yahudi, dan mengatakan kita bisa beragama di mana saja.
Para rabbi ortodoks mengatakan, kembalinya orang Yahudi ke Israel menunggu datangnya messias. Jangan kita mendahului messias.
Siapa yang dimaksud Mesias?
Mesias adalah seorang Yahudi yang diurapi oleh Tuhan, yang akan datang untuk membawa seluruh orang Yahudi  pulang ke tanah Israel dan membangun Bait Suci ketiga di Jerusalem. 
Apakah sama dengan kedatangan mesias versi Kristen?
Bangsa Yahudi percaya bahwa Mesias adalah manusia. Kristen percaya Tuhan dan Mesias adalah satu karakter dalam diri Yesus Kristus.
Dalam ajaran Yahudi dikatakan, selain Yahudi adalah goyim atau gentiles. Setelah memeluk Yahudi, bagaimana pandangan anda terhadap non-Yahudi, khususnya kepada orang tua Anda?
Iya. Dalam ajaran Yahudi ada istilah Yehudim dan Goyim. Goyim artinya bangsa-bangsa di luar Yahudi. Kalau diartikan ke bahasa Arab artinya kafir. Tetapi orang Yahudi tidak menganggap goyim untuk didakwah atau untuk dibenci.
Khusus kepada bangsa Arab atau Muslim, orang Yahudi menyebutnya dengan denai (anak-anak) dodim (sepupu, cousins). Dengan kata lain, mereka ada sepupu. *
Bagaimana dengan ajaran kabbalah dalam Judaisme yang sering dipandang sebagai aliran penyembah setan?
Kabbalah adalah hal-hal di dalam Judaisme yang menyangkut hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Saya sendiri tidak bisa jelaskan secara jelas. Karena ada tiga syarat untuk kabbalah. Pertama, Yahudi, kedua sudah menikah, ketiga, usia minimal 40 tahun.
Jadi kabbalah-nya Madonna, dan lain-lain itu kabbalah yang ngarang bukan Judaisme asli.
Babagaimana dengan Freemasonry?
Freemasonry ataupun Illuminati itu dari Katolik. Saya bisa jamin seratus persen hal itu bukan dari Judaisme. Kalau pun ada orang Yahudi di sana, tapi ada juga dari Katolik dan Protestan.
Bagaimana dengan buku-buku tentang Freemasonry yang selalu mengaitkan Yahudi di dalamnya?
Dia sama sekali bukan cabang dari Judaisme, dan tidak ada unsur religius Judaisme. Saya baca buku-buku itu sampai stres juga. Ini sudah fitnah seribu persen.
Bagaimana dengan teori konspirasi dari protokol zionis yang disusun tokoh pendiri negara Israel, Theodore Herzl?
Menurut pengalaman saya pribadi, setelah sebelas tahun hidup dengan orang-orang Yahudi ortodoks, hal seperti itu tidak ada. Lagi pula Herzl itu kan sekuler, dia tidak sunat. Dia banyak membantah rabbi-rabbi. Dia juga yang membantah 150 rabbi dari Amerika dan Kanada sewaktu menggagas negara Israel.
IJC itu organisasi seperti apa?
IJC seperti paguyuban saja. Seperti paguyuban masyarakat Sunda, dan lain-lain. Kita paham Yahudi tidak diakui sebagai agama di Indonesia. Jadi kita tidak bisa bertindak secara formal untuk membuat yayasan atau sekolah Yahudi di sini.
Anggotanya berapa?
Anggotanya keturunan Yahudi di Indonesia. Di Manado ini, keturunan Yahudi ada 200 hingga 300 orang. Tetapi tidak semuanya Yahudi, ada yang Kristen.
Apa motivasi Anda memeluk agama Yahudi?
Pertama, karena saya diberitahu saya keturunan Yahudi. Dan saya ingin memelihara akar Yahudi yang ada dari garis keturunan Ayah dan Ibu saya.
Pada awalnya bagaimana anda belajar tentang Judaisme?
Saat saya SMA, tahun 1999. Saat itu tidak ada rabbi atau sinagog di Manado. Saya banyak belajar di internet, lalu teman-teman yang saya kenal via internet juga banyak membantu mengirimkan buku-buku.
Di mana anda mendapatkan pengakuan menjadi seorang Yahudi?
Di Israel. Saya pertama kali ke sana tahun 2009. Saya membawa dokumen-dokumen yang diperlukan, seperti akta lahir, foto-foto, dsb. Data-data tersebut kemudian dicocokkan di Museum Diaspora.
Dari mana Anda mendapat gelar rabbi dan sejak kapan?
Sebelumnya saya masuk semacam seminari Yahudi di Singapura dan Israel. Pada tahun 2004  beberapa rabbi dari Israel datang ke Indonesia. Karena  saya yang urus sinagog maka mereka menunjuk saya sebagai rabbi.
Sejak kapan Sinagog di Tondano dibuat, dapat dana dari mana?
Sinagog itu dibuat pada tahun 2004. Ada keluarga saya dari Belanda yang tahu aktivitas saya kemudian menawarkan untuk membiayai pembuatan sinagog. Mereka keluarga Kristen, bukan Yahudi. Karena orang Kristen percaya, kalau memberkati Yahudi maka akan mendapat berkat.
Yahudi dan Kristiani sama-sama percaya terhadap kitab Perjanjian Lama?
Bagi Yahudi, itu memang kitab suci. Kita tetap memakainya, Kristen yang tidak pakai. Kalau dia pakai Perjanjian Lama dia tidak makan babi dia harus sunat, dia harus kosher (“halal” ala Yahudi-red).
Jadi, hal seperti syariat Islam tidak masalah dengan saya. Bagus, dong, nggak ada babi.
Anda pernah berdialog dengan pihak Islam?
Saya sering bicara dengan Djohan Effendi
Apakah anda dekat dengan kalangan liberal?
Memang ada dari kalangan Islam liberal yang mendekati dan mengajak saya diskusi. Tapi saya tahu, mereka juga disorot oleh kalangan Islam mainstream. Jadi buat apa saya mendekat dengan mereka. Ibarat dosa dua kali: sudah Yahudi dekat dengan liberal, pula. Lebih baik saya diskusi dengan (Ketua Umum FPI) Habib Rizieq sekalian. *
Rep: Surya Fachrizal Ginting
Red: Cholis Akbar

http://www.hidayatullah.com/read/15041/28/01/2011/yahudi-indonesia-:-lebih-baik-diskusi-dengan-fpi-dari-pada-dengan-liberal.html

POSISI KRISTEN ARAB DALAM MASALAH PALESTINA-ISRAEL

DECEMBER 14, 2010


POSISI KRISTEN ARAB DALAM MASALAH PALESTINA-ISRAEL

Oleh : Bambang Noorsena


Saya ingin jadi martyr di Tanah Suci. Jika saya kalah suatu hari nanti seorang anak Palestina akan mengibarkan bendera di atas gereja dan masjid
(Presiden Yasser Arafat).



Gambar Warga Kota Kristen Arab, Nazareth Melempari Zionis pada tahun 2000


Sumpah Yasser Arafat ini diucapkan ketika Israel menyekapnya di Ramallah, menyusul pelarangannya untuk menghadiri khidmad Miladiyah (misa hari Natal) lalu, sebuah ritual semi-resmi kenegaraan Palestina setiap akhir tahun.) Pidato Arafat di atas, menunjukkan bagaimana posisi sebenarnya umat Kristen Arab dalam masalah Israel-Palestina, yang selalu bahu membahu dalam menghadapi zionisme Israel. Masalah ini penting dikemukakan sebagai imbangan informasi yang apriori dan serba satu sisi mengenai masalah Timur Tengah selam ini, khususnya Israel-Palestina, yang selama ini dianggap konflik antara Islam dan Kristen.


GEREJA-GEREJA ARAB MENOLAK ZIONISME ISRAEL


Ibu-ibu Kristen Berjilbab di tanah Palestina. Demo di atas menunjukkan bagaimana ibu- ibu Kristen Arab pun berjihad menentang pendudukan rasis zionis di Bethlehem. Bagaimana dengan anda ????
Sejak solidaritas Arab Palestina dibentuk, yang pada gilirannya diarahkan untuk menentang zionisme Israel, bahkan pada saat-saat paling krisis, orang-orang Kristen ada di tengah-tengah perjuangan itu sejak semula. “Pada masa-masa krisis melawan Israel”, kata uskup Najib Quba’in, salah seorang pemimpin gerakan ekumene gereja-gereja di Timur Tengah, “secara naluriah, orang-orang Palestina, baik Muslim maupun Kristen, menjadikan gereja sebagai tempat berlindung dan bertahan”.) Najib Quba’in sudah mengatakan hal itu kira-kira tahun 1986, dan itulah yang kini terjadi kembali di Kanisah al-Mahd (Gereja Kelahiran Kristus), sehingga tentara Israel mengepung bangunan suci Kristen tersebut.

Mengapa orang-orang Arab Kristen, bersama-sama saudara Muslim mereka, menolak zionisme Israel sejak semula? Penolakan itu, bukan hanya didasarkan atas alasan politis, melainkan juga atas klaim teologis Yahudi di atas tanah yang mereka sebut Erets Yisrael (Tanah Israel) itu. “Janji akan bangsa terpilih itu”, tulis Mar George Khodre, seorang Uskup yang menggeluti dialog antariman di Lebanon, “telah digenapi dalam diri Kristusm keturunan Nabi Ibrahim”) Tanah Israel, dalam perspektif Perjanjian Baru, kini diwujudkan dalam warisan rohani oleh Roh Kudus. Karena itu umat pilihan, tidak hanya dinyatakan dalam satu bangsa, melainkan sebagai kesaksian Allah kepada segala bangsa. Pandangan teologis ini, tidak dapat diartikan sebagai sikap anti-Semistisme, seperti dipahami orang Yahudi zionis.

“Hati nurani Kristen”, tulis Khodre lagi, “akan terhindar dari sikap anti-semitisme, hanya apabila dibedakan tegas antara umat Yahudi dan Negara Israel”. Karena itu, orang Arab Kristen menolak zionisme sebagai ideologi, karena zionisme menggagahi hak-hak orang Palestina yang hidup di Tanah Suci, lalu mereka mengembangkan kebudayaannya sendir, aspirasi-aspirasi, senti-mensentimen dan keyakinan-keyakinan politik mereka dalam kerangka nasional Yahudi. Sebaliknya, umat Arab Kristen , memaklumkan sebuah universalisme mengatasi konflik, dan menginginkan kebersamaan diantara umat Yahudi, Kristen dan Islam di Palestina berdasarkan keikhlasan dan pengakuan atas pluralisme etnik, sosial dan agama.)

Pemahaman seperti ini, juga menjadi garis perjuangan Yasser Arafat yang memandang perjuangan Palestina bukan didasarkan Islam. Dalam kunjungannya ke Indonesia tahun 1984, Arafat malah mengakui bahwa umat Yahudi, bersama Kristen dan Muslim, adalah bagian dari tradisi Palestina yang hidup berdampingan secara damai dengan hak-hak kewarganegaraan yang sama. Juga, klaim Kristen bahwa umat pilihan Tuhan tidak identik dengan sebuah negara Israel, malahan diakui oleh orang-orang Yahudi di Eropa yang menggelar demo anti-Zionisme akhir-akhir ini. “Zionisme tidak akan sukses”, kata mereka. “Umat Yahudi tidak membutuhkan negara, sebelum kedatangan Mesiah”.) Perlu dicatat, sampai hari orang Yahudi masih menantikan kedatangan Mesiah, karena menolak Yesus sebagaimana dipahami dalam iman Kristen.


ORANG-ORANG KRISTEN DI PENTAS PERJUANGAN PALESTINA


Natal pun Tiada damai karena Zionist. Sekali lagi penjajah rasis Zionist israel membuat ulah. Pada hari natal 2005 mereka menghalangi para pendeta Lutheran bangsa Arab palestina dan jemaatnya yang hendak merayakan Natal kudus di tanah kelahiran Yesus di Bethlehem. Pendeta Munib Younan, pemimpin utama gereja Lutheran Palestina berasal dari Yerusalem, sedangkan istrinya Souad Yacoub dari Kfar Bir’im, satu wilayah yang desanya rata dengan tanah karena dihancurkan penjajah rasis zionis. kapan perayaan Natal damai di tanah merdeka Palestina, tanpa moncong senjata arogan zionist ?????
Garis pemikiran Arab Kristen, sebagaimana disuarakan oleh tokoh-tokoh gereja di Timur Tengah itu, dilanjutkan oleh para pejuang Kristen Palestina sekarang. Faktanya, diantara para pejuang Palestina yang rata-rata tangguh itu, didalamnya terdapat peran penting orang-orang Kristen. Dr.Hanan Ashrawi, yang sangat berperan sebagai negosiator Palestina dalam Perjanjian Oslo tahun 1993, yang juga pernah menjadi Menteri Pendidikan dan Riset Otoritas Palestina, adalah juga seorang Kristen. Selain Ashrawi, kita juga mengenal George Habash dari The Populer Front for the Liberation of Palestine (PFLP), Nayef Hawatme dari The Democratic Front for the Liberation of Palestine (DFLP) dan Wali Hadad dari kelompok militan “Black September”. Sekalipun orang-orang Kristen juga turut dalam gerakanIntifadah melawan Israel, tetapi mereka tidak menjadikan Kristen sebagai landasan perjuangan, melainkan nasionalisme yang terbukti lebih mampu menyatukan rakyat Palestina.

PFLP dan DFLP ini, bersama dengan faksi-faksi nasionalis lain, seperti Al-Fatah, The Arab Liberation Front (ALF). The Palestine Liberation Front (PLF), dan The Palestine Comunist Party (PCP), bergabung dalam The Palestine Liberation Organization (PLO) yang dipimpin Yasser Arafat. Disamping Arafat, George Habash dan Hawatma adalah orang-orang yang berperan dalam terselenggaranya The Palestine National Council (PNC), yang mengangkat masalah Palestina sebagai bagian solidaritas bangsa-bangsa Arab. Selain mengangkat semboyan al-Wahda al-Wathaniyya (kesatuan Tanah Air), eksistensi Palestina, khususnya di bawah PLO, tegak berdiri ‘ala azas mustaqill wa mutakafi’ ma’a al-atraf al-ma’aniyya al-ukhra (menurut dasar kemerdekaan yang berlandaskan kesamaan dengan kekuatan politik lain). Selain itu masih disebut nama Uskup Ilyas al-Khouri, yang menjadi anggota eksekutif comitte (EC) PNC. Perlu dicatat PNC yang merupakan rintisan politik awal menuju terbentuknya negara Palestina ini, mengangkat 15 anggota EC yang mewakili faksi-faksi politik dan kelompok independen masyarakat.)

Setelah perjanjian Oslo 1993 menghasilkan pengakuan berdirinya Palestina, di kalangan Knesset (Parlemen) Israel masih berdiri partai-partai Arab. Partai-partai Arab ini, sekalipun tidak pernah memperoleh suara yang signifikan dalam pemilihan umum, didirikan untuk menampung aspirasi orang-orang Arab yang menjadi warga negara Israel. Disini, kita juga mengenal Dr.Azmi Bishara, seorang Kristen dari Partai Arab Hadash Balad, yang sangat vokal menentang kebijaksanaan partai garis keras Yahudi yang anti Israel. Dr.Azmi Bishara ini, saking vokalnya, pernah mencalonkan diri jadi PM Israel tahun 2000 yang lalu. Langkah tidak populer Bishara ini, tentu saja sangat menjengkelkan partai-partai kanan Yahudi, sampai-sampai Dr.Kteiner dari partai Gesher Likud, mengajukan RUU yang melarang orang Arab menjadi PM Israel.

Pada saat Israel membombarbir Ramallah, Jenin dan wilayah-wilayah Palestina sekarang, Hadash Balad ini, melalui juru bicaranya Issam Makhaol, bersama-sama dengan Yigal Bibi dari National Religion Party (NRP) dan Talab A.Safa dari United Arab Party (UAP), berusaha keras menentang kebijaksanaan Ariel Sharon, hingga mereka diusir keluar dari ruang sidang Knesset. Partai-partai Arab di Knesset Israel ini, juga menjadi salah satu kekuatan lobi politik Arafat. Dalam konfilk Isarel-Palestina sekarang, yang setelah pembebasan Arafat dari sekapan tentara Israel masih menyisakan “krisis al-Mahd Nativity”,--karena Israel yang dikonsentrasikan pada gereja kelahiran Kristus di Bethlehem,-- sikap para pemimpin gereja di Palestina sangat tegas. Lihat saja, misalnya, bagaimana komentar Patriakh Latin Michel Sabah yang tidak henti-hentinya menyerukan kebersamaan Kristen-Islam dalam melawan agresi Yahudi. Patriakh Theodosious Hanna dari Orthodoks Yunani, yang mengatakan bahwa politik “ethnic cleaning” Sharon lebih buruk ketimbang “apartheid” Afrika Selatan dahulu. Sedangkan uskup Riah Abu al-Essal dari gereja Anglikan, ketika Israel mengutuk trend bom bunuh diri warga Palestina, ia menangkisnya dengan argumen bahwa tindakan itu hanya ekses dari pelanggaran Israel terhadap hak-hak rakyat Palestina.

Mengenai penilaian “sayap kanan” islamis Palestina terhadap kebijaksanaan penyelesaian damai dengan Israel. “Fatamorgana perdamaian, atau perdamaian fatamorgana?” tanya Yusuf al-Qaradhawi skeptis, dalam al-Quds. Qadhiyyat Kulli Muslim. Karena itu, bagi Qardhawi, solusi masalah Palestina bukan pena tetapi pedang. Sikap inipun, terlepas menyetujuinya atau tidak, juga tidak bisa dikatakan mewakili “solusi islami” atas masalah Palestina, lalu vis a vis dihadapkan dengan faksi-faksi nasionalis yang mayoritas didukung Kristen. Sebab Edward Said, penulis buku Orientalism yang terkenal itu, juga menolak semua hasil perundingan Oslo tahun 1993 yang menghasilkan perdamaian Palestina-Israel. Bagi intelektual Kristen keturunan Palestina ini, perdamaian dengan Israel akan dijadikan Palestina sebagai pihak yang selalu dikalahkan dan dirugikan.

Begitu pula, dari antara korban-korban gerakan Intifadah Palestina melawan Israel beberapa tahun lalu, banyak ditemukan mereka yang tewas dengan kalung salib di dada mereka. Salah seorang Kristen Palestina yang menjadi pemimpin gerakan Intifadah adalah Mubarak Awwad, yang juga pendiri The Palestinia Center for Study of Non-violence, di Yerusalem.) Ahmad al-‘Alami, dalam bukunyaYaumiyyat al-Intifadhah, yang memuat laporan lengkap mengenai peristiwa dan korban-korban Intifadhah itu, juga menyebutkan peranan lembaga-lembaga Kristen di Bethlehem bekerjasama dengan pemerintah Palestina membantu para pejuang Palestina.)


TEOLOGI PEMBEBASAN PALESTINA

Posisi Kristen dalam gerakan Intifadha dan perjuangan Palestina pada umumnya, juga ditulis oleh teolog Pembebasan Palestina, Naim S.Ateek dalam bukunya,Justice, and Only Justice. A Palestinian Theology of Liberation,) dan Faith and The Intifadha: Palestinian Christian Voices. ) Perlu ditambahkan di sini, teologi Pembebasan Palestina adalah refleksi teologis Kristen Palestina terhadap situasi yang dialami oleh rakyat Palestina, khususnya dalam menghadapi ketidakadilan Barat dan Israel.

Tokoh-tokoh teologi Pembebasan Palestina, antara lain: Abba Mitri Raheb dari Bethlehem, Uskup Munib A.Younan dari Ramallah, dan Abba H.Shehadeh dari Shabaram, Galilea. Berbeda dengan teologi Pembebasan di Amerika Latin yang menggunakan “pisau analisa” Marxis, teologi Pembebasan Palestina sepenuhnya adalah refleksi Kristen setempat, yang berangkat dari kondisi riil rakyat Palestina. Pokok-pokok pemikiran teologi Pembebasan Palestina hendak menjawab pergumulan ini:

  1. Cara pendekatan terhadap Alkitab yang melulu dipandang dari sudut Israel, tentu telah melahirkan sikap “menghalalkan segala cara” asal untuk kepentingan Israel, dan itu berarti mengorbankan orang Palestina. Maksudnya, Alkitab ditarik untuk kepentingan kelompok tertentu dengan mengorbankan manusia yang lain yang juga sama-sama umat Allah. Akibatnya, Kitab Suci yang satu dan sama itu menjadi “berkat bagi Israel, dan kutuk bagi Arab-Palestina”.
  2. Bagaimana menjawab klaim kelompok Yahudi (yang didukung kelompok Kristen Injili Amerika) tentang penguasaan terhadap “Tanah Suci”, khususnya Yerusalem, yang dikaitkan dengan kembalinya umat Yahudi diaspora pada tahun 1948. Padahal realitanya sekarang tanah Palestina telah menjadi “wathan” (tanah air) bersama Israel dan Palestina, dengan tetap memelihara identitas Yahudi, Kristen dan Islam. Tidak bisa menghapuskan salah satu identitas ketiga iman rumpun Ibrahim tersebut.
  3. Menghadapi klaim-klaim teologis, baik Yahudi ataupun Islam, umat Kristen merefleksikan bagaimana keadilan Allah dalam kasus yang tak kunjung selesai. Dalam Kristus, Allah tidak hanya mengasihi umat Israel, tetapi juga seluruh dunia (cf. Yohanes 3:16, Liannahu hakadza ahaba Ilahu ‘alam), termasuk bangsa Palestina juga.
  4. Berdasarkan hal itu semua, bagaimanakah sekarang tugas orang beriman dalam menciptakan perdamaian di Palestina. Berdasarkan bunyi Manifesto Nazaret, bahwa Yesus diutus untuk “… menyampaikan kabar baik untuk orang-orang miskin, memberitakan pembebasan kepada orang-orang, tawanan, penglihatan kepada orang buta, membebaskan orang-orang tertindas dan memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Lukas 4:18-19). Mengacu pada sabda Yesus, Thuba lishaani’is salaami, liannahum abbna’a Ilahu yud’uun (Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah), para teolog pembebasan mengajak semua orang Kristen memberlakukan sabda Yesus tersebut dalam konteks Palestina-Israel sekarang.


Catatan Kaki : 

  1. Presiden Arafat selalu berpidato di Gereja al-Ma’had setiap Natal (‘Idul Milad), suatu peristiwa yang justru tidak pernah terjadi di negara Israel yang Yahudi. Ketika pemerintah Israel melarang Arafat berpidato di Gereja, ia tetap menyelenggarakan Natalan di istana Ramallah yang dihadiri 19 denominasi gereja di Tanah Suci (Al-Ru’ya, 26 Desember 2001).
  2. Larry Ekin, “Palestinians and the Response of the Oriental Churches” dalam WSCF Journal, May 1986, p.55.
  3. Metropolitan George Khodre, “Christian of the Orient: Witness and Future. The Case of Lebanon”, dalam WSCF Journal, May 1986, p.39-40.
  4. Ibid,h. 40.
  5. Demontrasi Yahudi Orthodoks ini dilancarkan di Gedung Komite Urusan Publik Israel-AS, di Washington, Senin 22 April 2002 (Surabaya Post, 23 April 2002). Di Tel Aviv, Sabtu, 10 Mei 2002 demonstrasi 60.000 (bahkan ada yang menaksir 100.000) warga Israel juga memprotes pendudukan kota-kota Palestina oleh tentara Israel (Media Indonesia, 13 Mei 2002).
  6. Joshua Teitelbaum, “The Paletine Liberation Organization” dalam Itamar Rabinovich-Haim Shaked (ed.), Middle East Contemporary Survey (San Fransisco-London : Westview Press 1986), p.205-210.
  7. Dr.Yusuf al-Qaradhawi, Palestina Masalah Kita Semua. Alih bahasa: ICMI Orsat Kairo (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1999)
  8. Daniel L.Vuttry, Christian Peacemaking: From Heritage to Hope (Valley Forge, PA: Judson Press, 1994), pp.89-90.
  9. Ahmad al-‘Alami, Yaumiyyat al-Intifadhah (Al-Quds: Mansyurat wal Jaraat al-‘Alam al-Falisthin, 1995)
  10. Naim S.Ateek, Justice, And Only Justice. A Palestinian Theology of Liberation (New York: Orbis Books, 1990)
  11. Mark H.Elias dan Rosemery Radford Reuther (ed), Faith dan the Intifada: Palestinian Christian Voices (New York: Orbis Books, 1992)