Search This Blog

Sunday, March 13, 2011

Agus Gumiwang Kartasasmita, Tanpa Persatuan, Kemerdekaan Bangsa Palestina Sulit Diraih


 


WAWANCARA

Minggu, 11 Juli 2010, 07:46:26 WIB

Agus Gumiwang Kartasasmita, Tanpa Persatuan, Kemerdekaan Bangsa Palestina Sulit Diraih

Anggota Komisi I DPR mengisi masa reses dengan berkunjung ke Jalur Gaza, Palestina. Anggota Dewan ingin melihat dari dekat penderitaan yang diderita rakyat Palestina akibat blokade Israel. 

Dalam kunjungan, rombongan yang dipimpin Wakil Ketua Komisi I DPR Agus Gumiwang Kartasasmita sempat bertemu kelompok Hamas dan Fatah. 

Kedua kelompok diimbau untuk bersatu guna mem­per­juang­kan kemerdekaan Palestina. Tanpa ada persatuan, menurut Agus, sulit untuk mencapai ke­merdekaan. 

Berikut Agus Gumiwang me­nuturkan kunjungannya ke Gaza ke­padaRakyat Merdeka. 

Saat reses ini anggota Komisi I DPR ke Gaza. Ngapain aja di sana? 
Kami di sana melakukan misi DPR yang sudah jauh-jauh hari dipersiapkan. Pertama, Indonesia ingin menegaskan posisinya mengenai pencabutan blokade Israel atas Jalur Gaza yang telah menyengsarakan masyarakat Palestina di Jalur Gaza. 

Kedua, melalui kunjungan ini, In­donesia juga menegaskan du­kungan penuh terhadap kemer­dekaan bangsa Palestina dan berdirinya negara Palestina yang berdaulat. 

Ketiga, Pemerintah Indonesia memandang penting terciptanya rekonsiliasi Palestina sebagai syarat mendasar bagi tercapainya sebuah negara Palestina yang berdiri di tanah Palestina. 

Selain itu, kami juga me­nyam­pai­kan pada saudara kita di Pa­lestina bahwa Indonesia sudah me­nyiapkan dana 2 juta dolar Ame­rika untuk membangun ru­mah sakit di sana. Ketua DPR Mar­zukie Ali sudah meletakkan batu pertama awal pembangunan rumah sakit tersebut yang di­sak­sikan langsung oleh tokoh-tokoh Palestina di Gaza. 

Dan yang terpenting, kami sampaikan juga kepada warga Palestina disana akan pentingnya persatuan. Karena tanpa adanya persatuan, kemerdekaan bangsa Palestina akan sulit untuk diraih. 

Kelompok Hamas dan Fatah hingga kini terlibat konflik. Apakah DPR juga mengimbau agar kedua kelompok bersatu? 
Kami telah sampaikan kepada pimpinan dua faksi yang bertikai di Palestina, yakni Hamas dan Fatah. Kedua faksi itu mem­be­ri­kan penghargaan dan terima ka­sih kepada parlemen, pemerintah dan rakyat Indonesia atas du­kungannya pada perjuangan bang­sa Palestina. 

Kedua faksi itu juga meng­apre­sia­si inisiatif parlemen Indonesia yang ingin menjadi penengah atas ketidakharmonisan antara Hamas dan Fatah. Apresiasi dan peng­har­gaan tersebut diperoleh ketika delegasi parlemen Indonesia ber­temu dan berdialog dengan ang­gota parlemen dari kedua faksi terbesar dalam perjuangan ke­merdekaan Palestina meski upaya pertemuan tersebut sempat dihalangi Israel. 

Kami bertemu anggota par­le­men dari faksi Hamas di Gaza. Se­dangkan pertemuan dengan ang­gota parlemen dari faksi Fatah ber­langsung di Amman, Yordania ka­rena pemerintah Israel tidak mem­beri kami izin masuk ke Ramallah yang menjadi ibukota sementara Palestina maupun Yerusalem. 

Bagaimana upaya yang dila­kukan DPR untuk mendorong kemerdekaan Palestina? 
Ini sebenarnya upaya dan ha­rapan masyarakat Indonesia melalui DPR dalam mendorong kemerdekaan bagi Palestina. 

Semua tahu bahwa selama ini rak­yat Indonesia rutin mem­bi­ca­ra­kan kemerdekaan bagi Palestina. 

Tak heran, ketika publik men­de­ngar bahwa DPR akan mela­kukan kunjungan kerja ke Pa­les­tina, rakyat begitu antusias mem­berikan dukungan kepada kami. 

Apakah bangsa Palestina me­ngetahui bahwa masyarakat Indonesia saat peduli terhadap kemerdekaan mereka? 
Sangat tahu. Bahkan ketika ka­mi datang, Perdana Menteri Pa­lestina Ismail Haniyah me­nyam­but kami dengan baik dan me­ngatakan bahwa dirinya sangat bangga dan terima kasih kepada rakyat Indonesia. Sebab, selama ini menurutnya berjuta-juta rak­yat Indonesia selalu ber­de­mon­strasi untuk mendukung Pa­lestina merdeka. 

Ketika di Yordania, kami sam­pai­kan bahwa menyangkut soal Pa­lestina, Indonesia itu adalah ne­gara yang unik. Kalau ada s­e­suatu yang kecil saja merugikan rakyat Palestina, di Indonesia dari wilayah ujung timur ke ujung barat akan menggelar aksi unjuk rasa tentang penolakan yang terhadap insiden yang merugikan rakyat Palestina. 

Jadi, ketika ada kejadian yang menimpa bangsa Palestina, maka 240 juta rakyat Indonesia akan bersatu menyatakan perlawanan. Me­reka bisa melupakan dulu ma­salah ekonomi, politik, hukum dan sosial yang sedang terjadi. Ma­­kanya, ketika kami memutuskan untuk pergi ke jalur Gaza, maka kunjungan ini menjadi kunjungan kerja parlemen yang didukung oleh mayoritas rakyat Indonesia. 

Apakah Komisi I sempat mem­b­icarakan soal penghen­tian konflik di Gaza? 
Di sana kami menyampaikan pentingnya persatuan Palestina dalam menghadapi berbagai gempuran yang kerap terjadi. 

Saya yakin, kalau seluruh la­pisan yang ada di Palestina ber­satu, kemerdekaan yang diharap­kan bisa terwujud. 

Ada hal yang menarik yang ka­mi tangkap bahwa tragedi kapal Mavi Marmara ternyata telah membawa hikmah bagi Palestina. 

Ada faksi di Palestina yang me­nyatakan pentingnya per­satuan dan menghargai kedaulatan Pa­lestina. Artinya, ada momentum bah­wa pada saatnya nanti Pa­les­tina akan memperoleh ke­mer­dekaan karena persatuan mulai terbangun. Tinggal sekarang ba­gai­mana kita mengkampanyekan kepada dunia untuk kemedekaan bagi Palestina. 

Apakah DPR juga bertemu pihak Israel? 
Tidak. Karena negara kita tidak mem­punyai hubungan di­plomatik dengan Israel sehingga kita tidak bisa bertemu begitu saja. 

Dalam kunjungan kami ke Jalur Gaza, kami merupakan pejabat resmi pemerintah. Kami akan melanggar hukum dan bisa dipenjara kalau kami mendatangi Israel. Kecuali untuk media atau masyarakat biasa, tidak ada masalah ketika mau datang ke Israel asal memenuhi persyaratan yang ada. 

Banyak relawan dari In­do­ne­sia yang hendak pergi ke Gaza. Apa sempat dibicarakan me­nge­nai keselamatan para relawan? 
Kalau memang masih banyak relawan yang ingin berangkat ke jalur Gaza, itu tidak masalah. Bahkan saya berharap agar re­la­wan Indonesia tidak berhenti da­tang ke jalur Gaza hanya karena telah tragedi Mavi Marmara. 

Mengenai keamanan mereka di sana, saya pikir para relawan sudah mengerti betul siapa yang akan dihadapi dan risiko apa yang akan terjadi. 

Apa tindak lanjut dari kun­jung­an ke Gaza? 
Kami akan rumuskan dan sam­paikan kepada presiden ten­tang apa yang kami tangkap selama kun­jungan kerja di sana. Mi­sal­nya masalah penderitaan rakyat Palestina karena konflik yang terjadi selama ini. 

Kami pikir, di antara pemerin­tah dan DPR tidak memiliki banyak perbedaan. Pertama, kami ti­dak berbeda dalam hal men­de­sak terbentuknya tim pencari fak­ta yang independen yang di­mo­nitor­ oleh masyarakat Interna­tio­nal terkait tragedi Mavi Marmara. 

Kedua, kami sama-sama men­du­kung diakhirinya isolasi di Gaza. Namun untuk mendukung per­satuan di Palestina, saya be­lum tahu posisi pemerintah dalam hal ini. Tapi saya yakin bahwa pandangan pemerintah sama dengan pandangan dari DPR mengenai pentingnya persatuan rakyat Palestina dalam meraih kemerdekaan. 
http://www.rakyatmerdeka.co.id/wan/hal/1/view/549/Agus-Gumiwang-Kartasasmita,-Tanpa-Persatuan,-Kemerdekaan-Bangsa-Palestina-Sulit-Diraih