Search This Blog

Tuesday, February 15, 2011

Menelusuri Kejahatan Zionis Israel di Abad 20

Saat resolusi nomor 3379 pada tahun 1975 diputuskan Majlis Umum PBB dengan suara mayoritas, hanya sedikit orang yang berpikir bahwa lembaga-lembaga PBB setelah itu terpaksa akan mengeluarkan puluhan ratifikasi dan resolusi anti-politik rasis Zionis Israel, setiap tahunnya. Resolusi nomor 3379 menyebut Zionis Israel sebagai rezim yang setara dengan rasialisme.
Pada tahun itu, PBB kembali mempelajari puluhan kasus dan kejahatan anti-Zionis Israel pada abad 20. Resolusi yang menegaskan kesetaraan Zionis Israel dengan rasialisme, menjadi data resmi lembaga internasional yang tentunya mengundang perhatian dunia.
Zionis Israel di penghujung abad 19 menyatakan eksistensinya yang didukung penuh Eropa. Pada abad 20, Zionis Israel memperkokoh keberadaannya sebagai anak emas politik dan militer AS di kawasan sensitif dan strategis Timur Tengah. Dalam pengusutan kembali kasus-kasus brutal Zionis Israel di kawasan, pembantaian massal di desa Deir Yassin dan Kafr Qassem di awal pembentukan rezim penjajah Zionis Israel menjadi perhatian khusus.
Pada tanggal 9 April 1948, hanya beberapa pekan setelah pengumuman deklarasi rezim penjajah Zionis Israel, terjadi penyerangan ke desa Deir Yassin oleh satuan teror yang bernama Irgun di bawah pimpinan Menachem Begin. Serangan brutal di awal pembentukan rezim Zionis itu menggugurkan 254 laki-laki, perempuan dan anak-anak. Pembantaian massal itu tercantum dalam ingatan sejarah yang tak mudah dilupakan begitu saja.
Wakil Palang Merah saat itu, Jacques de Reynier yang saat itu diutus menyaksikan langsung desa Deir Yassin, mengatakan, "Ratusan jasad sudah kaku. Dapat dipastikan bahwa para serdadu Zionis Israel menembaki warga setempat dengan senjata otomatis dan mengakhirinya dengan granat. Semua ini menggambarkan pemandangan yang keji." Ia juga mengatakan, "Bahkan ditemukan tumpukan jasad berserakan di rumah-rumah, jalan dan ladang."
Tak diragukan lagi, Rezim Zionis Israel dibentuk berlandaskan pembantaian massal, pendudukan, ekspansi dan rasialisme. Rezim kejam ini juga mampu bercokol di kawasan karena dukungan penuh Barat.
Peristiwa lainnya yang juga mencermimkan arogansi dan brutalitas Zionis Israel adalah pembantaian massal di dua kamp Palestina, Sabra dan Shatila. Pembantaian massal di dua kamp itu menjadi catatan sejarah yang tak dapat dihapus oleh Zionis Israel. Sabra dan Shatila adalah dua kamp besar yang terdiri dari 12 kamp para pengungsi Palestina di Lebanon, tepatnya di selatan Beirut. Pada tanggal 16 hingga 18 September 1982, dunia kembali dikejutkan kekejian Zionis Israel di Sabra dan Shatila. Pembantaian massal kali ini dipimpin oleh Ariel Sharon. Satuan serdadu Zionis Israel ini menerjang perbatasan Lebanon dan memasuki jantung kota untuk menduduki ibukota Lebanon.
Setelah itu, Zionis Israel yang berkonspirasi dengan pasukan Palangis yang juga antek-antek Tel Aviv, membasmi para pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila, pagi dini hari pada tanggal 16 September 1982. Serangan itu tercatat sebagai pembantaian massal keji.
Menurut data yang ada, 2.297 warga tewas dalam pembunuhan massal yang dipimpin oleh Ariel Sharon. Jasad laki-laki, perempuan dan anak-anak berserakan di mana-mana yang saat itu menjadi sorotan televisi dan mengundang perhatian luas opini umum. Saat itu, pendudukan Zionis Israel memasuki umur 30 tahun. Akan tetapi wajah Rezim Zionis benar-benar terpuruk dan tercoreng di mata dunia. Dalam kurun 24 jam, dua kamp besar Palestina, Sabra dan Shatila, berubah menjadi puing-puing bangunan. Jasad-jasad manusia terkapar di mana-mana di samping bangkai kucing dan anjing. Ini semua mencerminkan brutalitas dan arogansi Zionis Israel.
Tony Clifton yang saat itu menjadi reporter AS menulis buku "God Cried", mengatakan, "Hal yang membuatku bergemetar adalah jasad-jasad Palestina yang terbakar. Setelah itu diketahui bahwa jasad-jasad itu dibakar dengan bensin. Semua jasad itu gosong dan hanya gigi putih yang tersisa."
Ghazi Khurshid, penulis asal Arab, dalam bukunya Terorisme Zionis di Palestina Pendudukan menulis, "Di jalan kamp ada jasad lima perempuan dan anak-anak yang jatuh di atas gundukan tanah. Salah satu jasad tercabik-cabik dan di sampingnya terdapat kepala anak perempuan yang terpisah dari badannya. Tidak jauh dari tempat itu, ada seorang perempuan yang gugur syahid sambil memeluk bayi yang juga gugur syahid. Ibu dan bayi itu gugur karena peluru-peluru yang dimuntahkan serdadu Zionis Israel."
David Hirts dalam bukunya The Gun and the Olive Branch menceritakan kesaksiannya atas kamp Sabra dan Shatila. Disebutkannya, "Pasukan Palangis setelah berkoordinasi dengan tentara Israel, memasuki kamp Sabra dan Shatila. Satuan pertama mencakup 15 personel yang dilengkapi dengan senjata otomatis. Mereka juga membawa pisau. Pembunuhan massal berlangsung selama 24 jam.. Mereka masuk ke rumah-rumah dengan paksa dan membantai warga Palestina. Pasukan Palangis menutup mata pengungsi Palestina dan mengulitinya, bahkan mengeluarkan isi perut. Mereka juga menyakiti anak-anak bahkan membenturkan kepala mereka ke tembok. Dalam serangan keji itu, organ pengungsi Palestian seperti tangan dan jari-jari, dipotong-potong, bahkan berserakan di jalan-jalan kamp."
Setelah itu, bulldozer meratakan kamp itu sehingga ribuan warga Palestina terkubur dalam satu tempat. Perilaku Zionis Israel benar-benar mencerminkan kekejian luar biasa, bahkan para pengungsi Palestina di negara lain pun dimusnahkan dengan cara sadis.
Berita dan gambar kekejian yang terjadi di kamp Sabra dan Shatila tersebar luas hingga mendorong opini publik dan lembaga-lembaga internasional harus bereaksi keras. Di Italia, para pegawai Bandara Roma menuntut supaya memboikot perusahanan maskapai Zionis Israel, El Al. Di Perancis, para guru meliburkan kelas-kelas mereka dan menulis surat ke Presiden Perancis saat itu, Francois Mitterrand, untuk menuntut penghentian hubungan diplomatik dengan Zionis Israel.
Tiga bulan setelah pembunuhan massal di Sabra dan Shatila, Sidang Umum PBB yang ditekan opini umum saat itu, akhirnya mengecam aksi brutal Zionis Israel itu dan mengeluarkan resolusi yang isinya menegaskan pembantaian massal Israel atas bangsa Palestina. Resolusi didukung dengan suara mayoritas, 98 suara sepakat, 19 suara menentang dan 23 suara abstain. Dampak pembunuhan massal di kamp Sabra dan Shatila itu berujung pada pencopotan jabatan Ariel Sharon dan pengadilan di Komite Investigasi Israel. Akan tetapi pengadilan dan pencopotan jabatan itu hanya diyakini sebagai sandiwara Tel Aviv untuk mengurangi tekanan opini umum.
10 tahun setelah pembantaian massal itu, pengadilan tinggi Belgia mengeluarkan perintah untuk menangkap Ariel Sharon. Wajah Zionis Israel kian dikenal keji. Akan tetapi lemahnya PBB membuat dunia Barat bungkam. Dunia pun dari hari ke hari terus menyaksikan kekejian Zionis Israel. Dalam hasil jajak pendapat yang digelar Gallup, opini umum di negara-negara anggota Uni Eropa pada tahun 2003 menilai Zionis Israel sebagai rezim anti-perdamaian. 500 ribu warga Eropa dari 12 negara anggota Uni Eropa pada tahun itu juga mmenyebut Zionis Israel sebagai rezim penentang hak asasi manusia, haus perang dan perusak stabilitas di kawasan.
Pada Tanggal 26 April tahun 1996, operasi militer Rezim Zionis menyerang Lebanon yang berlangsung enam belas hari. Dalam operasi militer ini, tentara Zionis dari darat, laut, dan udara menyerang kawasan selatan Lebanon dan ibu kota negara ini, Beirut. Akibat serangan Zionis itu, selain sebagian besar kawasan pemukiman sipil dan sentra-sentra ekonomi hancur, 180 warga Lebanon juga tewas, dan ratusan lainnya luka-luka.
Dalam perang 33 hari pada tahun 2006, Zionis Israel menyerang Lebanon yang menyebabkan ribuan warga terlantar dan gugur syahid. Pada tahun 2008, Zionis Israel kembali menunjukkan sikap brutalnya dengan menyerang Jalur Gaza yang saat itu diblokade. Perang Gaza dikenal dengan perang 22 hari. Dengan perjuangan dan kegigihan bangsa Palestina, khususnya rakyat Gaza, militer Zionis Israel tidak dapat membumihanguskan Jalur Gaza. Ini semua mencerminkan kebengisan Zionis Israel yang tidak dapat ditoleransi.
Gambar anak-anak yang menjadi korban perang 22 hari dan 33 hari menyayat hati opini publik. Korban-korban yang dirawat di rumah sakit dengan fasilitas yang terbatas dan puing-puing bangunan yang rusak akibat perang sudah menjadi pemandangan umum dampak brutalitas Zionis Israel. Di mata dunia, Israel kian terkucilkan.

Dalam mereaksi perang Gaza selama 22 hari, PBB membentuk komite investigasi yang dipimpin oleh Hakim Richard Goldstone untuk mengusut kriminalitas perang 22 hari dan para pelakunya. Dalam laporan setebal 600 halaman, Goldstone menyebut Zionis Israel sebagai penjahat perang. Dengan demikian, Perdana Menteri Zionis Israel saat itu, Ehud Olmert dan Menteri Peperangan saat itu, Ehud Barak menjadi pihak-pihak yang bertanggung jawab penuh atas perang 22 hari itu.
Lebih dari itu, sejumlah pengadilan di Inggris, Perancis, Spanyol dan Belgia mengeluarkan perintah penangkapan atas para pejabat Zionis Israel dengan tudingan penjahat perang.
Pada tahun 2009, Dan Meridor yang saat itu menjabat sebagai wakil perdana menteri Israel membatalkan kunjungan ke London karena khawatir ditangkap. Padahal Dan Meridor direncanakan ikut serta dalam acara tahunan yang digelar Pusat Riset dan Hubungan London-Tel Aviv. Ini menunjukkan bahwa para pejabat Zionis tidak merasa aman meski di negara Barat. (IRIB/AR/SL)

Rahasia Kecerdasan Orang Yahudi berdasarkan riset Dr Stephen Carr Leon

Artikel Dr Stephen Carr Leon patut menjadi renungan bersama. Stephen menulis dari pengamatan langsung. Setelah berada tiga tahun di Israel karena menjalani housemanship dibeberapa rumah sakit di sana . Dirinya melihat ada beberapa hal yang menarik yang dapat ditarik sebagai bahan tesisnya, yaitu, “Mengapa Yahudi Pintar?”

Ketika tahun kedua, akhir bulan Desember 1980, Stephen sedang menghitung hari untuk pulang ke California , terlintas di benaknya, apa sebabnya Yahudi begitu pintar? Kenapa Tuhan memberi kelebihan kepada mereka? Apakah ini suatu kebetulan? Atau hasil usaha sendiri?

Maka Stephen tergerak membuat tesis untuk Phd-nya. Sekadar untuk Anda ketahui, tesis ini memakan waktu hampir delapan tahun. Karena harus mengumpulkan data-data yang setepat mungkin.

Marilah kita mulai dengan persiapan awal melahirkan. Di Israel, setelah mengetahui sang ibu sedang mengandung, sang ibu akan sering menyanyi dan bermain piano. Si ibu dan bapak akan membeli buku matematika dan menyelesaikan soal bersama suami.

Stephen sungguh heran karena temannya yang mengandung sering membawa buku matematika dan bertanya beberapa soal yang tak dapat diselesaikan. Kebetulan Stephen suka matematika.
Stephen bertanya, “Apakah ini untuk anak kamu?”

Dia menjawab, “Iya, ini untuk anak saya yang masih di kandungan, saya sedang melatih otaknya, semoga ia menjadi jenius.” Hal ini membuat Stephen tertarik untuk mengikut terus perkembangannya.
Kembali ke matematika tadi, tanpa merasa jenuh si calon ibu mengerjakan latihan matematika sampai genap melahirkan.
Hal lain yang Stephen perhatikan adalah cara makan. Sejak awal mengandung dia suka sekali memakan kacang badam dan korma bersama susu. Tengah hari makanan utamanya roti dan ikan tanpa kepala bersama salad yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang-kacangan.
Menurut wanita Yahudi itu, daging ikan sungguh baik untuk perkembangan otak dan kepala ikan mengandungi kimia yang tidak baik yang dapat merusak perkembangan dan penumbuhan otak anak didalam kandungan. Ini adalah adat orang orang Yahudi ketika mengandung. menjadi semacam kewajiban untuk ibu yang sedang mengandung mengonsumsi pil minyak ikan..
Ketika diundang untuk makan malam bersama orang orang Yahudi. Begitu Stephen menceritakan, “Perhatian utama saya adalah menu mereka. Pada setiap undangan yang sama saya perhatikan, mereka gemar sekali memakan ikan (hanya isi atau fillet),” ungkapnya.
Biasanya kalau sudah ada ikan, tidak ada daging. Ikan dan daging tidak ada bersama di satu meja. Menurut keluarga Yahudi, campuran daging dan ikan tak bagus dimakan bersama. Salad dan kacang, harus, terutama kacang badam.

Uniknya, mereka akan makan buah buahan dahulu sebelum hidangan utama. Jangan terperanjat jika Anda diundang ke rumah Yahudi Anda akan dihidangkan buah buahan dahulu. Menurut mereka, dengan memakan hidangan kabohidrat (nasi atau roti) dahulu kemudian buah buahan, ini akan menyebabkan kita merasa ngantuk.
Akibatnya lemah dan payah untuk memahami pelajaran di sekolah.
Di Israel, merokok adalah tabu, apabila Anda diundang makan dirumah Yahudi, jangan sekali kali merokok. Tanpa sungkan mereka akan menyuruh Anda keluar dari rumah mereka. Menyuruh Anda merokok di luar rumah mereka.
Menurut ilmuwan di Universitas Israel , penelitian menunjukkan nikotin dapat merusakkan sel utama pada otak manusia dan akan melekat pada gen. Artinya, keturunan perokok bakal membawa generasi yang cacat otak (bodoh). Suatu penemuan yang dari saintis gen dan DNA Israel.
Perhatian Stephen selanjutnya adalah mengunjungi anak-anak Yahudi. Mereka sangat memperhatikan makanan, makanan awal adalah buah buahan bersama kacang badam, diikuti dengan menelan pil minyak ikan (code oil lever).
Dalam pengamatan Stephen, anak-anak Yahudi sungguh cerdas. Rata rata mereka memahami tiga bahasa, Hebrew, Arab dan Inggris. Sejak kecil mereka telah dilatih bermain piano dan biola. Ini adalah suatu kewajiban. Menurut mereka bermain musik dan memahami not dapat meningkatkan IQ.. Sudah tentu bakal menjadikan anak pintar. Ini menurut saintis Yahudi, hentakan musik dapat merangsang otak.Tak heran banyak pakar musik dari kaum Yahudi.
Seterusnya di kelas 1 hingga 6, anak anak Yahudi akan diajar matematika berbasis perniagaan. Pelajaran IPA sangat diutamakan. Di dalam pengamatan Stephen, “Perbandingan dengan anak anak di California , dalam tingkat IQ-nya bisa saya katakan 6 tahun kebelakang!! !” katanya.

Segala pelajaran akan dengan mudah di tangkap oleh anak Yahudi. Selain dari pelajaran tadi olahraga juga menjadi kewajiban bagi mereka. Olahraga yang diutamakan adalah memanah, menembak dan berlari.
Menurut teman Yahudi-nya Stephen, memanah dan menembak dapat melatih otak fokus. Disamping itu menembak bagian dari persiapan untuk membela negara.

Selanjutnya perhatian Stephen ke sekolah tinggi (menengah). Di sini murid-murid digojlok dengan pelajaran sains. Mereka didorong untuk menciptakan produk. Meski proyek mereka kadangkala kelihatannya lucu dan memboroskan, tetap diteliti dengan serius.
Apa lagi kalau yang diteliti itu berupa senjata, medis dan teknik. Ide itu akan dibawa ke jenjang lebih tinggi.

Satu lagi yg di beri keutamaan ialah fakultas ekonomi.. Saya sungguh terperanjat melihat mereka begitu agresif dan seriusnya mereka belajar ekonomi. Diakhir tahun diuniversitas, mahasiswa diharuskan mengerjakan proyek. Mereka harus memperaktekkanya.
Anda hanya akan lulus jika team Anda (10 pelajar setiap kumpulan) dapat keuntungan sebanyak $US 1 juta!

Anda terperanjat?
Itulah kenyataannya.
Kesimpulan, pada teori Stephen adalah, melahirkan anak dan keturunan yang cerdas adalah keharusan. Tentunya bukan perkara yang bisa diselesaikan semalaman. Perlu proses, melewati beberapa generasi mungkin?
Kabar lain tentang bagaimana pendidikan anak adalah dari saudara kita di Palestina. Mengapa Israel mengincar anak-anak Palestina. Terjawab sudah mengapa agresi militer Israel yang biadab dari 27 Desember 2008 kemarin memfokuskan diri pada pembantaian anak-anak Palestina di Jalur Gaza.
Seperti yang kita ketahui, setelah lewat tiga minggu, jumlah korban tewas akibat holocaust itu sudah mencapai lebih dari 1300 orang lebih. Hampir setengah darinya adalah anak-anak.
Selain karena memang tabiat Yahudi yang tidak punya nurani, target anak-anak bukanlah kebetulan belaka. Sebulan lalu, seusai Ramadhan 1429 Hijriah, Ismali Haniya, pemimpin Hamas, melantik sekitar 3500 anak-anak Palestina yang sudah hafidz al-Quran.
Anak-anak yang sudah hafal 30 juz Alquran ini menjadi sumber ketakutan Zionis Yahudi. “Jika dalam usia semuda itu mereka sudah menguasai Alquran, bayangkan 20 tahun lagi mereka akan jadi seperti apa?” demikian pemikiran yang berkembang di pikiran orang-orang Yahudi.

Tidak heran jika-anak Palestina menjadi para penghafal Alquran.. Kondisi Gaza yang diblokade dari segala arah oleh Israel menjadikan mereka terus intens berinteraksi dengan al-Qur’an. Tak ada main Play Station atau game bagi mereka.
Namun kondisi itu memacu mereka untuk menjadi para penghafal yang masih begitu belia. Kini, karena ketakutan sang penjajah, sekitar 500 bocah penghafal Quran itu telah syahid.
Perang panjang dengan Yahudi akan berlanjut entah sampai berapa generasi lagi. Ini cuma masalah giliran. Sekarang Palestina dan besok bisa jadi Indonesia . Bagaimana perbandingan perhatian pemerintah Indonesia dalam membina generasi penerus dibanding dengan negara tetangganya.
Ambil contoh tetangga kita yang terdekat adalah Singapura. Contoh yang penulis ambil sederhana saja, Rokok. Singapura selain menerapkan aturan yang ketat tentang rokok, juga harganya sangat mahal.

Benarkah merokok dapat melahirkan generasi “Goblok!” kata Goblok bukan dari penulis, tapi kata itu sendiri dari Stephen Carr Leon sendiri. Dia sudah menemui beberapa bukti menyokong teori ini.
“Lihat saja Indonesia ,” katanya seperti dalam tulisan itu.
Jika Anda ke Jakarta , di mana saja Anda berada, dari restoran, teater, kebun bunga hingga ke musium, hidung Anda akan segera mencium bau asak rokok! Berapa harga rokok? Cuma US$ .70cts !!!

“Hasilnya? Dengan penduduknya berjumlah jutaan orang berapa banyak universitas? Hasil apakah yang dapat dibanggakan? Teknologi? Jauh sekali. Adakah mereka dapat berbahasa selain dari bahasa mereka sendiri? Mengapa mereka begitu sukar sekali menguasai bahasa Inggris? Ditangga berapakah kedudukan mereka di GNP sedunia?
Apakah ini bukan akibat merokok? Anda fikirlah sendiri?”
Apa yg diminta kebanyakan orang Indonesia untuk sebutan TIPS?? “uang rokok”.
Seorang buruh pasar, tukang becak, kuli & saudara2 kita dengan penghasilan hari ini untuk makan hari ini ketika pertama kali menerima upah apa yg dibelinya ? “rokok”.
Bahkan kebanyakan mereka rela tidak sarapan asal bisa ngerokok…. .
</span>
<span> </span>

Sumber: http://kamar. noersilo. web.id/2009/ 02/rahasia- kecerdasan- yahudi/
http://www.huteri.com/313/rahasia-kecerdasan-orang-yahudi/