Search This Blog

Saturday, June 25, 2011

Zionisme Kristen: Peta Jalan Menuju Armageddon?

christian-zionism

ABSTRAK 

Zionisme menemukan kekuatan dari perbedaan monoteistis dalam jaringan organisasi Kristen yang subur dan berkuasa, terutama di Amerika Serikat. Zionis Kristen memandang Israel sebagai bagian ketentuan suci yang ditakdirkan Tuhan, yang berpuncak pada kedatangan Kristus untuk kedua kalinya. Jumlah mereka mencapai puluhan juta dan telah berusaha mempengaruhi berbagai generasi politis Amerika. Namun demikian, cara pandang mereka bersandar pada kesalahan interpretasi fundamental terhadap kitab suci, yang justru bertentangan dengan pesan sejati ajaran Kristen.

 

 

Zionisme Kristen: Peta Jalan Menuju Armageddon?

Stephen Sizer

MENGAPA hari ini tercipta hubungan yang sedemikian dekat antara Amerika dan Israel? Mengapa sangat sulit menemukan anggota kongres AS yang bersedia mengkritik Israel di muka umum? Walaupun sebenarnya Israel harus lebih tunduk pada sejumlah resolusi Dewan Keamanan PBB dibandingkan dengan negara lain di dunia ini, mengapa Amerika Serikat selalu memveto nyaris setiap pasalnya?
Mengapa setelah hampir 40 tahun, Israel masih saja menduduki Teritori Palestina dan Dataran Tinggi Golan, sedangkan Suriah telah dipaksa mundur dari Libanon? Mengapa Israel diizinkan untuk mempertahankan senjata biologis, kimia, dan nuklir, sedangkan Iran diancam dengan serangan pendahuluan karena berupaya mengembangkan teknologi nuklir?
Mengapa Kesepakatan Damai Oslo dan Wye gagal mewujudkan perdamaian? Alih-alih memperoleh kesepakatan dari Rusia, Masyarakat Eropa, Amerika Serikat, dan PBB, mengapa belum ada itikad politik untuk menerapkan Peta Jalan Damai (Road Map) dan menciptakan negara Palestina yang merdeka di dekatnya?
Alih-alih ketentuan Mahkamah Internasional, mengapa Israel masih bisa melanjutkan pembangunan Tembok Pemisah tanpa memperoleh sanksi, dan membangun ghetto untuk warga Palestina? Mengapa Amerika dan Inggris begitu dibenci mayoritas dunia Arab dan menjadi sasaran aksi kekerasan umat Islam? Jawaban untuk semua pertanyaan itu kebanyakan tetap misterius tanpa mempertimbangkan peran gerakan yang mungkin saat ini paling berpangaruh dan paling kontroversial dalam kekristenan, yakni Zionisme Kristen .

 

Pengertian Zionisme Kristen

Dalam definisi yang paling sederhana, Zionisme Kristen adalah kelompok Kristen yang mendukung Zionisme. Artinya, kelompok ini merupakan sebuah sistem politik yang membenarkan sebentuk kolonialisme apartheid berdasarkan Injil, dengan mengutamakan hak kaum Yahudi di atas hak bangsa Palestina, juga mengklaim hak eksklusif atas sebuah wilayah yang sampai kini belum jelas di Timur Tengah. Dalam hal ini, pada dasarnya Zionis Kristen mendukung Negara Israel.
Grace Halsell, misalnya, bertanya, “Apa makna Zionis Kristen? Katakan saja begini: setiap tindakan Israel adalah sesuai dengan kehendak Tuhan, dan karenanya harus dimaafkan, didukung, dan bahkan dipuji oleh kita semua.”1
Dale Crowley, seorang penyiar Washington yang berlatar belakang religius, menggambarkan kelompok ini sebagai ‘sekte yang paling cepat berkembang di Amerika’:
Anggota utama kelompok ini bukanlah “orang-orang gila,” melainkan warga Amerika kelas menengah hingga menengah ke atas. Mereka memberikan jutaan dollar setiap minggunya kepada pengabar-pengabar di TV yang memaparkan prinsip-prinsip dasar sekte ini. Mereka membaca karya Hal Lindsey dan Tim LaHaye. Mereka punya satu tujuan: menjadi  tangan Tuhan untuk mengangkat mereka ke surga, terbebas dari semua masalah, dan dari sana mereka akan menyaksikan Armageddon—perang akhir zaman, dan kehancuran planet bumi.2

 

Makna Gerakan Zionisme Kristen

Sebagai gerakan, Zionisme Kristen sangat berbeda. Setidaknya, ada tiga elemen pembeda yang bisa diamati: evangelistis, apokaliptis, dan politis.3
Zionisme Kristen menyebar terutama melalui denominasi evangelistis, karismatik, dan independen, termasuk Sidang Jemaat Allah, Pantekosta, dan Baptis Selatan, maupun kebanyakan jemaat mega (mega church) yang independen. Crowley mengklaim bahwa kelompok ini dibimbing oleh 80.000 pastor fundamentalis. Pandangan para pastor itu disebarkan oleh 1.000 radio Kristen maupun 100 stasiun TV Kristen.4
Diperkirakan, secara keseluruhan gerakan ini memiliki pendukung sebanyak 25 juta hingga 100 juta.5 Di bulan Maret 2002, dalam sebuah survey besar terhadap pendapat umat Kristen, Pusat Riset Pew menemukan bahwa 44% umat Protestan Amerika dan 72% Evangelis Kulit Putih bisa dikaitkan dengan gerakan Zionis Kristen.6
Mungkin Unity Coalition for Israel adalah jaringan Zionis Kristen yang paling berperan dalam menyatukan 200 organisasi Yahudi dan Zionis Kristen yang berbeda-beda, termasuk International Christian Embassy, Christian Friends of Israel dan Bridges for Peace. Mereka mengklaim memiliki dukungan dari 40 juta anggota aktif.7 Organisasi-organisasi ini, dengan cakupan yang berbeda-beda, dan dengan alasan yang bermacam-macam, dengan kontradiksi yang ada, membentuk sebuah koalisi besar yang mewarnai agenda Zionis Kristen hari ini.
Walaupun akar Zionisme Kristen sebagai sebuah gerakan bisa ditelusuri hingga awal abad ke-19, dan yang kemudian dikenal sebagai Dispensasionalisme—pemikiran bahwa Tuhan telah memilih dua kaum: Gereja dan Israel—gerakan ini baru mengemuka sejak tahun 1967, ketika perang antara bangsa Arab-Israel dianggap sebagai wujud nyata dari ramalan Injil.
Tanpa dukungan finansial dan politis Zionis Kristen di Amerika, yang telah memastikan tersedianya anggaran dana pemerintah dalam jumlah besar, sangat diragukan bahwa Negara Israel masih bisa bertahan sejak 1948, apalagi terus menerus menduduki dan menjajah Teritori Palestina sejak 1967.

 

Agenda Politis Zionisme Kristen

Zionis Kristen memperlihatkan tingkat antusiasme yang berbeda-beda untuk menerapkan enam keyakinan dasar yang berasal dari pemahaman literal mereka terhadap Injil.

1. Orang-orang Terpilih: Mendukung Kolonialisme Israeli

Keyakinan bahwa Tuhan menjadikan Yahudi sebagai ‘kaum terpilih’ yang dalam beberapa hal terpisah dari Gereja sepenuhnya berakar kuat dalam Zionisme Kristen. Hal itu diungkapkan dengan bermacam cara. Di bulan Oktober 2000, misalnya, hanya beberapa hari setelah kunjungan provokatif Sharon ke Haram Al-Sharif, sebuah iklan muncul di New York Times berjudul ‘Surat Terbuka kepada umat Kristen Evangelis dari umat Yahudi demi Yesus.’ Di dalamnya mereka menghimbau kalangan evangelis untuk menunjukkan solidaritas dengan Negara Israel di saat yang kritis ini:
‘Kini saatnya berpihak pada Israel. Saudara Saudari dalam Kristus, berat hati kita menyaksikan terjadinya kekerasan dan pertumpahan darah di Timur Tengah….Sahabat-sahabat Kristen “Tuhan tak menyesali karunia dan panggilan-Nya” (Roma 11:29). Karena itu, dukungan kita bagi bertahannya Israel di saat-saat gelap ini tak perlu dibantah lagi. Kini saatnya umat Kristen berpihak kepada Israel.’8

Hingga 1980an, kebijakan AS terhadap Timur Tengah secara umum tak sebanding dengan kebijakan tentang ancaman global yang lebih luas, yang berasal dari pengaruh Soviet. Perlindungan terhadap Eropa Barat melalui NATO adalah prioritas. Namun demikian, tumbangnya Komunisme menciptakan kekosongan kekuasaan di Timur Tengah, yang kemudian diisi oleh AS. Setelah Perang Teluk untuk menyingkirkan pasukan Irak dari Kuwait, selanjutnya Taliban dari Afghanistan, dan Saddam Hussein dari Irak, jelas bahwa AS telah memperkuat pengaruhnya di Timur Tengah. Di saat yang sama, terjadi peningkatan dalam gelombang lobi pro-Israel. Konsekuensinya, Timur Tengah, khususnya Israel, telah menjadi pusat kebijakan luar negeri AS. Sama sekali bukan karena serangan al-Qaeda ke New York dan Washington.
Di 1980, Kedutaan Kristen Internasional didirikan di Yerusalem dengan tujuan mengkoordinir secara langsung berbagai aktivitas lobi politik yang bekerja sama dengan pemerintah Israel. Salah satu tujuan utamanya adalah menyaksikan keluarnya delegasi Palestina dari negara-negara Barat dan pemindahan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Di acara Doa Buka Puasa Nasional bulan Februari 1991, Ed McAteer, Presiden Religious Roundtable,meluncurkan Christian Israel Public Affairs Committee (CIPAC), mencontoh American Israel Political Affairs Committee (AIPAC) yang berkuasa, yang telah melakukan lobi-lobi atas nama hak bangsa Israel.9 Tujuan-tujuan CIPAC sama persis dengan AIPAC. Salah satu tujuan pertama CIPAC adalah melobi Kongres agar memastikan tersedianya jaminan hutang AS sebanyak 10 miliar dollar untuk mendanai penataan ulang pemukiman bangsa Yahudi dari bekas Uni Soviet di Israel dan di Tepi Barat.
Pemerintahan Bush menghubungkan jaminan utang tersebut dengan berhentinya pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi Barat. Jan Willem van der Hoeven dari ICEJ berkata pada Jerusalem Post, bahwa “Komunitas Kristen menganggap kebijakan pemerintah tentang jaminan utang itu sama sekali tak bisa diterima.” Dia mengklaim bahwa 80% umat Kristen Evangelis Amerika mendukung jaminan utang tersebut.10 Mungkin inilah sebabnya di kemudian hari, George Bush Senior mengeluh bahwa “ada 1.000 pelobi di Hill saat ini yang tengah melobi Kongres agar memberikan jaminan utang kepada Israel, dan aku hanyalah lelaki kecil yang sendirian meminta Kongres untuk menunda pertimbangan pinzaman itu selama 120 hari.”11
Zionis Kristen juga begitu dermawan menyediakan dukungan finansial kepada Israel. Zeev Chafets, dalam tulisannya di New York Times tahun 2005, memaparkan dengan sedikit sinis, betapa kelompok Kristen evangelis telah membiayai pekerjaan Rabbi Yechiel Eckstein di Israel:
Dalam delapan tahun terakhir saja, diperkirakan 400.000 donatur baru telah mengirimi Eckstein sekitar seperempat miliar dollar untuk kepentingan Yahudi—terserah dia mau digunakan dengan cara apa. Tak ada orang Yahudi sejak zaman Yesus yang pernah memerintahkan kemuliaan semacam ini.12

Zionis Kristen juga sudah begitu berpengaruh dalam meneguhkan hubungan yang lebih dekat dengan Israel dengan memfasilitasi berbagai ziarah solidaritas dan kunjungan pendidikan ke Tanah Suci.

 

2. Restorasionisme: Memfasilitasi Aliyah dari Bekas Uni Soviet

Dengan runtuhnya Komunisme di Bekas Uni soviet (Former Soviet Union—FSU) dan Eropa Timur, sejak 1980, sebuah koalisi agen-agen Zionis Kristen telah mengambil inisiatif mendorong orang-orang Yahudi berimigrasi ke Israel, dan menganggapnya sebagai bukti kebenaran ramalan.
Mungkin Exobus adalah agen Zionis Kristen pertama yang mengubah doktrin Restorasionisme menjadi kenyataan dan membantu kaum Yahudi di FSU membentuk aliyah. Exobus didirikan tahun 1984 oleh Phil Hunter, direktur Good News Travels Bus Company, bermarkas di Hull, Inggris. Tujuan agensi ini adalah memfasilitasi perpindahan kaum Yahudi di FSU ke Israel.
Tim Exobus pertama dikirim ke Ukraina tahun 1991, dan mengklaim bahwa sejak saat itu organisasi ini telah membantu 80.000 orang Yahudi berimigrasi ke Israel dengan kerja sama yang kuat dengan agen Yahudi. Mungkin saat ini Exobus adalah agen Kristen terbesar yang memfasilitasi aliyah, terdiri dari 80 anggota tim dari 13 negara dan mengoperasikan 40 kendaraan. Exobus mengangkut sekira 1.200 Yahudi dari 16 lokasi di FSU setiap bulannya.13 Dukungan keuangan utama Exobus berasal dari sebuah agen mitra bernama Christians for Israel International, yang mengembangkan Exobus di AS.
Sejak 1991, ICEJ juga telah membiayai pengangkutan 40.000 imigran, 15.000 di antaranya dibawa ke Israel dengan 51 penerbangan yang disponsori ICEJ. Anggota tim ICEJ Rusia secara khusus aktif di wilayah yang lebih terpencil di FSU. Seperti Exobus, ICEJ dan Bridges for Peace menggambarkan tugas mereka dengan istilah ‘mengail ikan’ untuk umat Yahudi, berdasarkan Jeremiah 16:16. Mereka menemukan kaum Yahudi, membujuk mereka untuk pindah, membantu mereka memperoleh dokumen yang membuktikan asal-usul keyahudian mereka, membagikan paket kemanusiaan dan membayar izin keluar, paspor, pelunasan utang, transportasi dan akomodasi selama pengajuan mereka diproses oleh Agen Yahudi di kota-kota Rusia yang lebih besar. Begitu tiba di Israel , ICEJ maupun BFP membantu imigran dengan biaya pemukiman, menyediakan makanan, pakaian, selimut, persediaan dapur dan sekolah, maupun perlengkapan kesehatan.

 

3. Eretz Israel: Mendukung Pemukiman Tepi Barat

Bagi Zionisme, Yahudi, dan Kristen religius, batas absah bagi Israel jauh lebih luas daripada dengan yang kini diperdebatkan dengan Suriah, Yordania, dan Otoritas Palestina. Keyakinan bahwa seluruh Tepi Barat merupakan bagian integral dengan Israel telah membuat banyak Zionis Kristen ‘mengadopsi’ pemukiman khusus Yahudi untuk memperkuat klaim mereka atas wilayah tersebut.
Christian Friends of Israeli Communities (CFOIC), yang didirikan oleh Ted Beckett tahun 1995, menjalin kerja kemitraan dengan Christian Friends of Israel (CFI) dan mendefinisikan pemukiman sebagai:
Sebidang tanah untuk tempat tinggal pionir kaum Yahudi yang pemberani. Sebagian besar didirikan di puncak bukit berbatu kosong, dibangun untuk membentuk komunitas Yahudi yang belum pernah ada selama ribuan tahun. Sebagian lagi, seperti Shiloh, pemukiman dibangun di sebuah situs asli kota Yahudi kuno.14

Sejauh ini, ‘progress meter’ CFOIC menunjukkan bahwa 39 pemukiman ilegal penduduk Israel telah ‘diadopsi’ oleh 50 denominasi maupun gereja independen di AS, Afrika Selatan, Jerman, Belanda, dan Pilipina.
Selain memfasilitasi imigrasi Yahudi ke Israel, sejumlah agen Zionis Kristen juga aktif mendanai pemukiman Yahudi ilegal di Tepi Barat. Program ‘Bis Anti Peluru untuk Efrat,’ misalnya, juga mengeluarkan 150.000 dollar untuk membeli sebuah bis lapis baja anti peluru untuk mengangkut warga pemukiman keluar dan masuk Tepi Barat dari pemukiman Efrat.15 Bridges for Peace (BFP) punya skema serupa bernama ‘Operation Ezra‘ yang mendanai lebih dari 50 proyek yang sedianya terancam gagal seperti ladang pemukiman, Sde Bar, dekat Beit Jala dan Herodian.16
Anglicans for Israel mewakili wajah baru Kristen Zionis di Inggris.17 Website mereka memuat banyak artikel yang menyangkal pendudukan di Palestina, menjustifikasi Tembok Pemisah dan pembangunan pemukiman,
Selama  bangsa Palestina masih berpegang pada pemahaman keliru bahwa mereka “diduduki,” dan Israel berperan sebagai “penindas,” mereka tak akan bisa bertanggung jawab pada diri sendiri.18
Saat mengunjungi Israel belum lama ini, aku melihat pagar pengaman dalam banyak peristiwa, dan pagar itu sangat panjang. Kecuali di sejumlah kecil lokasi—dan hanya untuk melindungi pengendara motor dari penembak jitu—bukan tembok.19

Efek lobi pro-Israel terhadap kebijakan luar negeri Amerika tentang pemukiman nampaknya memang membuahkan hasil. Selama pemerintahan Carter, pemukiman dianggap ‘ilegal’; di bawah pemerintahan Reagan dipandang sebagai ‘penghalang’ perdamaian’; saat pemerintahan Clinton menjadi ‘faktor yang rumit’; sedangkan di masa George W. Bush, pemukiman adalah bagian dari Israel.

 

4. Jerusalem: Melobi untuk Pengakuan Internasional

Inti dari dukungan Zionis Kristen terhadap klaim Israel atas Wilayah Pendudukan adalah keyakinan bahwa Jerusalem adalah, dan harus tetap menjadi, pusat Yahudi yang eksklusif dan tidak terbagi-bagi. Sejauh ini, berbagai upaya untuk mencapai kesepakatan dalam konflik Arab-Israel yang kian luas ini tertahan atau terbentur pada status akhir Jerusalem.  Zionis Kristen dengan tegas menolak setiap pengajuan apapun tentang kedaulatan bersama atau pembentukan pusat pemerintahan Palestina di Jerusalem Timur.
Senator Bob Dole kemudian mengumumkan sebuah perundangan di Senat Amerika yang memerintahkan kedutaan besar AS membangun kembali Yerusalem sebelum 31 Mei 1999, dan mengesahkan 100 juta dollar untuk membiayai pengeluaran ‘awal.’20 Di bulan Oktober 1995 dia menyatakan, “Pusat Israel bukan ditentukan di meja proses perundingan damai, dan memindahkan kedutaan besar AS ke Yerusalem tidak berpengaruh sedikitpun untuk memprediksi hasil negosiasi apapun di masa mendatang.”21 Sambil menyesalkan kegagalan Presiden  AS untuk meratifikasi keputusan Senat tersebut, Dole berkomentar:
Yerusalem hari ini, dan sudah sejak tiga ribu tahun yang lalu, menjadi jantung dan jiwa kaum Yahudi. Kota ini juga harus tetap, selamanya, menjadi pusat Negara Israel yang abadi dan tak terbagi-bagi…Saatnya telah tiba…untuk melangkah lebih dari sekadar kata-kata, ungkapan dukungan, dan bermacam resolusi Kongres. Saatnya telah tiba untuk menjalankan perundangan yang bisa menuntaskan pekerjaan.22

Di tahun 1992, ICEJ mensponsori berbagai perayaan untuk menandai ulang tahun ke-25 peristiwa yang mereka sebut sebagai ‘Reunifikasi Yerusalem.’23 Di tahun  1996, dalam Kongres Zionis Kristen Internasional, pemikiran ini dikemukakan kembali di hadapan 1.500 peserta yang menandatangani sebuah pernyataan sikap:
Karena tujuan mutlak Tuhan bagi Kota ini, maka Yerusalem harus tetap tidak terbagi-bagi, di bawah kedaulatan Israel, terbuka bagi semua orang, pusat negara Israel saja, dan karenanya semua bangsa harus sepakat dan menempatkan kedutaan mereka di sini…kebenaran Tuhan adalah mutlak dan tertulis bahwa Tanah yang dijanjikanNya untuk kaum-Nya itu bukan untuk disekat-sekat.24

ICEJ juga telah memberikan dukungan berupa satu halaman penuh di New York Times untuk iklan yang berjudul ‘Umat Kristen menyeru untuk Yerusalem yang Utuh.’
Kami, yang bertanda tangan di bawah ini adalah para pimpinan spiritual Kristen yang setiap minggu melayani lebih dari 100 juta umat Kristen Amerika, begitu bangga bisa bergabung bersama-sama mendukung keberlangsungan kedaulatan Negara Israel atas kota suci Yerusalem. Kami mendukung upaya-upaya Israel untuk mencapai rekonsiliasi dengan tetangga Arab, namun kami percaya bahwa Yerusalem, atau bagian manapun darinya, seharusnya tidak lagi ditawar-tawar dalam proses perdamaian. Yerusalem harus tetap utuh sebagai pusat abadi kaum Yahudi.25

Para pembaca juga diseru:
Bergabunglah bersama kami dalam misi suci untuk memastikan bahwa Yerusalem akan tetap menjadi pusat Israel yang utuh dan abadi.’ Mereka mengklaim, ‘perang demi Yerusalem telah dimulai, dan kinilah saatnya umat yang beriman kepada Kristus untuk mendukung saudara mereka bangsa Yahudi dan Negara Israel. Saat persatuan dengan kaum Yahudi kini telah tiba.’26

Namun demikian, yang dirasa lebih penting bagi Zionis Kristen berkaitan dengang ramalan yang mereka yakini adalah membangun kembali Kuil Yahudi.

 

5. Kuil: Memihak pada Zionisme Religius

Zionis Kristen masa kini begitu aktif membantu banyak organisasi Yahudi yang bertujuan membangun kembali Kuil Yahudi dengan memproklamirkan berbagai organisasi Temple Mount; mencari lokasi situs Kuil; memfasilitasi program pembangunan ulang; mengembangbiakkan lembu merah dan mendanai Lembaga Keuangannya.
Randall Price adalah ahli aliran dispensational terkemuka dalam rencana pembangunan ulang Kuil Yahudi dalam waktu dekat. Di halaman 735 bukunya, The Coming Last Days Temple, dia menyajikan rincian lengkap  dan alamat semua organisasi Yahudi yang turut memfasilitasi pembangunan ulang Kuil Yahudi.27 Gershon Salomon adalah tokoh kontroversial dalam gerakan ini dan pendiri The Temple Faithful. Ketika berbicara sebagai tamu ICEJ, dalam Kongres Zionis Kristen tahun 1998, Salomon bersikukuh bahwa:
Misi generasi masa kini adalah membebaskan Temple Mount dan menyingkirkan—saya ulangi, menyingkirkan—kebencian yang menodai tempat itu…kaum Yahudi tak akan diberhentikan di gerbang-gerbang menuju Temple Mount… Akan kita kibarkan bendera Israel kita di Temple Mount, yang bakal berdiri tanpa Kubah Batu dan masjidnya, dan yang akan ada di sana hanyalah bendera kita dan Kuil kita. Itulah yang harus dilaksanakan oleh generasi kita.28

Namun demikian, Sam Kiley menulis di The Times untuk memberikan perspektif lain. Dia mengklaim Salomon sebagai “wajah paling tepat untuk berbagai sekte di milenium ini.” Dalam sebuah wawancara dengan Salomon bersikeras bahwa tempat ibadah umat Islam harus dihancurkan:
Pemerintah Israel harus melakukannya. Kita harus berperang. Akan banyak bangsa yang menentang kita, Tapi Tuhan akan memimpin kita. Aku yakin ini adalah ujian, dan Tuhan mengharapkan kita menyingkirkan Kubah itu tanpa rasa takut kepada bangsa-bangsa lain. Al-Masih tak akan datang dengan sendirinya; kita harus menghadirkanya dengan berjuang.’29

Sejak 1967 sudah terjadi lebih dari 100 serangan bersenjata terhadap al-Haram al-Sharif oleh kaum Yahudi militan, seringkali dipimpin para rabbi. Tak sekalipun Perdana Menteri Israel atau kepala rabbi Sephardic pernah mengecam serangan-serangan itu.30 Seperti yang pernah dikemukakan Lawrence Wright, “kerinduan Yahudi akan Kuil, harapan Kristen akan Kegembiraan, dan paranoia Muslim terhadap perusakan masjid mereka tengah diaduk dalam sebuah mangkuk apokaliptik.”31

 

6. Masa Depan: Menentang Perdamaian dan Menyegerakan Armageddon

Permusuhan yang diperlihatkan Zionis Kristen terhadap kompromi apapun tentang pembagian Tanah, atau Yerusalem, atau situs-situs suci, sama sekali bukan karena pesimisme yang inheren dalam eskatologi mereka.

 

Aliansi AS-Israel

Saat Zionis Kristen secara umum sepakat untuk berpihak pada Israel, secara khusus ada hubungan dekat antara Israel dan Amerika. Jerry Falwell menjelaskannya secara sederhana. Tuhan begitu baik kepada Amerika karena ‘Amerika baik kepada Yahudi.’32 Mike Evans adalah salah seorang yang menemukan dasar-dasar Injili tentang hubungan antara Israel dan Amerika:
Tuhan hendak memberkati Amerika maupun Israel…Jika Israel runtuh, maka Amerika Serikat tak akan mampu lagi menjaga demokrasinya…Uang Arab digunakan untuk mengendalikan dan mempengaruhi banyak Perusahaan besar di AS, sehingga membuat Amerika Serikat kian dan kian sulit menentang terorisme dunia.33

Bagi Zionis Kristen seperti Jerry Falwell dan Mike Evans, ‘Sabuk Injil’ Amerika dipandang sebagai ‘Sabuk Pengaman’ Israel.34 Amerika dianggap sebagai penyelamat besar mereka, perannya sebagai negara adidaya di dunia sudah diramalkan dalam kitab suci35 dan memang sudah ditakdirkan Tuhan.36 Para kritikus memperingatkan bahaya logika semacam ini karena cara pandangnya yang dualistik dan Manichaean terhadap politik global. Amerika dan Israel bersama-sama melawan dunia yang keji.’37

 

Antipati terhadap Bangsa Arab

Zionis Kristen adalah pecinta Israel, dan mereka jarang memperlihatkan perasaan yang sama terhadap bangsa Arab. Bahkan, antipati mereka seringkali sangat berlawanan dengan empati mereka terhadap Israel. Stereotipe prasangka anti-Arab dan Orientalis lazim dijumpai dalam tulisan-tulisan mereka.38 Menurut Orientalis, Barat dipandang sebagai kalangan yang liberal, damai, rasional, dan mampu menerima nilai-nilai yang ‘hakiki’ sedangkan Timur Tengah tidak.
Ramon Bennett menjelaskan betapa prasangka semacam itu tetap lazim hingga hari ini dengan menggambarkan bangsa Arab modern sebagai bangsa ‘barbar’39 Dia mengklaim bahwa ‘kebiasaan mereka dalam hal keramahtamahan dan kedermawanan hanya sedikit berubah dalam 4.000 tahun ini, begitupun kebiasaan menyerang orang lain (mencuri, bersikap kasar), mengagungkan harga diri, dan kebuasan mereka.40 Mengutip John Laffin, Bennett berpendapat bahwa bangsa Arab bukan kejam atau pembohong yang penuh perhitungan; mereka adalah orang-orang yang natural.41 Ketika anti-Semitisme dianggap tabu di Amerika, nampaknya saat ini sedang ‘musim berburu’ untuk prasangka anti-Arab.

 

Ethnic Cleansing di Palestina

Dick Armey, mantan pimpinan Senat Republik, melansir kabar mengejutkan dengan membenarkan ethnic cleansing terhadap bangsa Palestina dari Wilayah Pendudukan. Dalam sebuah wawancara dengan Chris Matthews di CNBC 1Mei 2002, Armey menyatakan bahwa:
Kebanyakan penduduk yang kini menghuni Israel sebelumnya diangkut dari seluruh penjuru dunia ke tanah yang kini menjadi kampung halaman mereka. Bangsa Palestina juga bisa melakukan hal yang sama, dan kami sepenuhnya akan senang membantu Palestina untuk melakukannya. Kami tak hendak mengorbankan Israel demi pendapat tentang tanah air bangsa Palestina…Aku yakin bahwa Israel harus menguasai seluruh Tepi Barat…Begitu banyak bangsa Arab yang punya tanah ratusan ribu hektar tanah, lahan, dan harta benda, juga peluang untuk mendirikan sebuah negara bagi bangsa Palestina.’42

Matthews memberi Armey beberapa kali kesempatan untuk mengklarifikasi pernyataannya bahwa dia tak sedang menganjurkan ethnic cleansing terhadap seluruh bangsa Palestina dari Tepi Barat, namun Armey tak bergeming. Ketika ditanya, “Pernahkan Anda memberitahu George Bush, Presiden dari negara bagian Anda, Texas, tentang pendapat Anda bahwa seluruh bangsa Palestina harus bangkit dan pergi meninggalkan Palestina; dan itulah solusinya?”
Armey menyahut, “Mungkin sekarang ini sedang kuberitahukan padanya …Aku yakin bahwa Israel harus memperoleh tanah yang kini dikuasainya dan orang-orang yang menyerang melawan Israel harus pindah ke wilayah lain.”43
Pendapat Armey bahwa bangsa Palestina harus ‘pergi’ hanyalah bagian terakhir dari serangkaian seruan yang jadi isu utama media AS dan Inggris tentang ethnic cleansing terhadap bangsa Palestina dari Wilayah Pendudukan.44

 

Menentang Proses Damai

Zionis Kristen selalu membenarkan klaim sepihak Israel atas Wilayah Pendudukan, sedangkan di saat yang sama mereka menentang aspirasi bangsa Palestina untuk menentukan nasib mereka sendiri, karena secara hakiki keduanya memang berlawanan. Banyak yang memandang perjanjian damai sebagai pengkhianatan pada kehendak Tuhan bagi kaum Yahudi. “Perdamaian…adalah kesalahan dan ada orang-orang yang percaya bahwa akarnya adalah dari kejahatan.”45 Clarence Wagner dari BFP juga sepakat dengan pendapat tersebut. Dia juga tidak sepakat dengan dengan perjanjian damai:
Kita perlu mendorong bangsa-bangsa lain untuk memahami rencana Tuhan, bukan rencana-rencana PBB, AS, MEE, Oslo , Wye, dsb. yang berasal dari pemikiran manusia. Tuhan sama sekali tak menetapkan rencana untuk merebut Kota Tua Yerusalem, termasuk wilayah Mount Temple dan Gunung Zaitun (Mount of Olives), kemudian memberikannya ke dunia Islam. Al-Masih tak akan kembali ke kota umat Islam bernama Al-Quds, tapi untuk mengumpulkan kembali, membangkitkan kembali kota Yahudi, Yerusalem.46

Karena itu, bahasan tentang perdamaian bukan hanya dianggap buang-buang waktu, tetapi juga sangat memperlihatkan kurangnya keimanan, dan yang paling buruk, merupakan pemberontakan terhadap kehendak Tuhan. Pernyataan semacam itu berasal dari pimpinan tingkat tinggi umat Kristen, yang jadi tak jauh beda dengan pandangan ekstrimis Muslim yang menyeru ‘perang suci’ melawan Barat. Bahaya teologi semacam itu nampaknya tak separah hingga menyebabkan kematian, namun seperti kisah ‘chicken little,’ begitu menular.47 Karen Armstrong tak sendirian dalam menelusuri bukti keabsahan Perang Salib dalam Zionisme Kristen Barat. Berdasarkan pengamatannya, kelompok fundamentalis seperti itu kini ‘kembali ke konsep perang suci zaman kuno dan ekstrim.’48

 

Penilaian Kritis terhadap Zionisme Kristen

Sebagaimana telah dibahas, Zionisme Kristen sebagai sebuah gerakan telah menyebabkan banyak konsekuensi politis yang dalam dan jangka panjang. Zionis Kristen telah menunjukkan berbagai tingkat antusiasme untuk menerapkan enam keyakinan teologis fundamental yang muncul dari hasil pemahaman mereka yang literal dan futuris terhadap Injil:
1.      Keyakinan bahwa Yahudi tetaplah kaum yang dipilih Tuhan membuat Zionis Kristen menjustifikasi pendudukan militer Israel atas Palestina.
2.      Sebagai kaum pilihan Tuhan, kembalinya seluruh bangsa Yahudi ke Israel secara aktif dianjurkan dan difasilitasi melalui kemitraan antara organisasi-organisasi Kristen dan agen Yahudi.
3.      Eretz Israel, dari Mesir hingga Irak, adalah milik bangsa Yahudi sepenuhnya; karenanya, tanah tersebut harus diambil alih dan pemukimannya dijaga sekaligus diperkuat.
4.      Yerusalem dianggap sebagai pusat abadi dan eksklusif bagi kaum Yahudi, dan tak bisa dibagi-bagi dengan bangsa Palestina. Karena itu, secara strategis pemerintah negara-negara Barat di bawah tekanan Zionis Kristen harus memindahkan kedutaan mereka ke Yerusalem, yang berarti mengakui kebenarannya.
5.      Kuil Ketiga tetap harus dibangun, kerahibannya disucikan, pengorbanan dihidupkan kembali. Sebagaimana yang diyakini oleh Zionis Kristen, khususnya dispensational, bahwa hal ini telah diramalkan, mereka memberikan berbagai macam tingkat dukungan kepada sejumlah organisasi Jewish Temple Mount yang bertekad mewujudkannya.
6.      Karena Zionis Kristen yakin bahwa akan terjadi perang apokaliptis antara kebaikan dan keburukan dalam waktu dekat, maka perdamaian jangka panjang antara bangsa Arab dan Yahudi tak lagi bisa diharapkan. Sesungguhnya, menyarankan Israel untuk berkompromi dengan Islam atau hidup berdampingan dengan bangsa Palestina berarti menyamakan diri dengan orang-orang yang ditakdirkan untuk melawan Tuhan dan Israel dalam perang Armageddon yang sudah dekat.

Jelas bahwa tidak semua Zionis Kristen meyakini keenam butir doktrin di atas, atau berkeyakinan dan melibatkan diri dengan derajat yang sama. Namun demikian. Sebagaimana telah dibahas, secara umum, konsekuensi dukungan tanpa pertimbangan kritis terhadap Negara Israel, khususnya dari kalangan Evangelis Amerika, pada hakikatnya sangat merusak, bahkan bagi kaum Yahudi yang mereka klaim sebagai orang-orang terkasih.
Umumnya, Zionisme Kristen telah ditolak oleh sejumlah denominasi utama Kristen.
Misalnya, dalam Koferensi Sabil Internasional ke-5 di Yerusalem bulan April 2004, sekitar 600 anggota dari 30 negara mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengecam Zionisme Kristen sebagai bid’ah:
Zionisme Kristen adalah gerakan teologis dan politis modern yang menganut pandangan ideologis yang paling ekstrim tentang Zionisme, karenanya jadi sangat merugikan bagi perdamaian yang adil antara Israel dan Palestina. Program-program Zionis Kristen menyajikan cara pandang bahwa Kitab Injil dinisbahkan pada ideologi kekaisaran, kolonialisme, dan militerisme. Dalam bentuk ekstrimnya, paham ini mengutamakan berbagai peristiwa apokaliptis yang mengarah pada berakhirnya sejarah, bukan menghidupkan cinta kasih Kristus dan kadilan di masa kini.
Kami juga menolak bentuk Zionisme Kristen yang lebih berbahaya, yang mewarnai kebijakan banyak gereja besar sehingga mereka tetap diam saat menyaksikan pendudukan Israel atas Palestina. Oleh karena itu, dengan tegas kami menolak doktrin-doktrin Zionis Kristen, menyatakannya sebagai ajaran palsu yang merendahkan pesan kasih, pengampunan, dan keadilan yang ada dalam Injil…
Kami menolak ajaran-ajaran bid’ah Zionisme Kristen yang memfasilitasi dan mendukung kebijakan ekstrimis ini. Alih-alih mengabarkan cinta kasih universal, pertaubatan dan persatuan yang diajarkan oleh Yesus Kristus, mereka justru tengah mengkampanyekan eksklusivitas rasial dan perang tiada akhir.49

Zionisme Kristen hanya menghidupkan keyakinan terhadap masa depan apokaliptik yang didasarkan pada pemahaman hermeneutik literal, dengan menisbahkan janji yang disebutkan dalam Perjanjian Lama bagi kaum Yahudi kuno itu pada Negara Israel saat ini. Asumsi literal mereka itu menafikan kemungkinan apapun untuk memaknai Injil dengan cara lain, untuk memaknai sejarah, atau hasil perundingan damai yang adil dan jangka panjang di Timur Tengah.
Akhirnya, Zionisme Kristen harus ditolak karena tanpa sikap kritis telah memberlakukan agenda rasis eksklusif untuk mewujudkan hak politis Israel. Selain itu, kurangnya rasa kasih mereka kepada tragedi bangsa Palestina sungguh tak bisa dimaafkan. Baik sengaja maupun tidak, kelompok ini telah melegitimasi penindasan terhadap bangsa Palestina atas nama Tuhan. Di saat yang sama, kepada kaum Yahudi, mereka memberikan masa depan apokaliptik yang jauh lebih mengerikan, bahkan lebih dari Shoah–Holocaust.[Stephen Sizer] 

Catatan Kaki:
1.      Grace Halsell, ‘Israeli Extremists and Christian Fundamentalists: The Alliance’, Washington Report , Desember 1988, h. 31.
2.      Dale Crowley, ‘Errors and Deceptions of Dispensational Teachings.’ Capital Hill Voice, (1996-1997).
3.      Lihat Stephen Sizer, Christian Zionism: Road-map to Armageddon (Leicester, IVP, 2004).
4.      Halsell, ibid., h. 50.
5.      ‘Christians Call for a United Jerusalem’ New York Times , 18 April 1997, http://www.cdn-friends-icej.ca/united.html
6.      The Pew Research Center, Americans Struggle with Religion’s Role at Home and Abroad , http://people-press.org/reports/display.php3?PageID=388 , Maret 2002.
8.      ‘Open Letter to Evangelical Christians from Jews for Jesus: Now is the Time to Stand with Israel .’ The New York Times, 23 Oktober 2000.
9.      Ibid., h.108.
10.  Jerusalem Post , 11 Oktober 1991, dikutip dalam Wagner, op.cit., h.108.
11.  Lind, op.cit.
12.  Zev Chafets, ‘The Rabbi Who Loved Evangelicals (and Vice Versa).’ New York Times, 24 Juli 2005. Rabbi Yechiel Eckstein adalah pendiri dan presiden International Fellowship of Christians and Jews. Dia juga wakil direktur nasional untuk urusan antar agama di Anti-Defamation League. http://www.ifcj.org
15.  International Christian Embassy, pengadaan ‘Bulletproof Bus for Efrat’, Word from Jerusalem, Mei 2002.
16.  Bridges for Peace, ‘New Life on the Farm’ Despatch from Jerusalem , January (2000), h. 5.
17.  www.anglicansforisrael.com
18.  Asaf Romirowsky, ‘ David & Goliath’ , http://www.anglicansforisrael.com/docs/2006/05/10/david-and-goliath
19.  Simon Mcllwaine, ‘ Our complaint to the URC ‘ http://www.anglicansforisrael.com/docs/2005/09/12/our-complaint-to-the-urc/
20.  ‘Undang-undang untuk memindahkan kedutaan besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem’, http://www.usdoj.gov/olc/s770.16.htm  
21.  Middle East Realities ‘Lie of the Week’, MiddleEast@aol.com, 01/11/95.
22.  Donald Neff, ‘Kongres tidak bertanggung jawab terhadap isu Yerusalem’, Washington Report , January (1998), hh.90-91.
23.  International Christian Embassy Jerusalem (Jerusalem, ICEJ, 1993), h.24.
24.  ‘Pernyataan Kongres Zionis Kristen Internasional,’ Kedutaan Kristen Internasional, Yerusalem, 25-29 Februari 1996.
25.  ‘Christians Call for a United Jerusalem’ New York Times , 18 April 1997, http://www.cdn-friends-icej.ca/united.html
26.  Ibid.
27.  Randall Price, The Coming Last Days Temple , (Eugene, Oregon, Harvest House, 1999), hh. 616-644; Randall Price, ‘Time for a Temple? Jewish Plans to Rebuild the Temple.’ Friends of Israel Gospel Ministry http://www.foigm.org/img/timetemp.htm
28.  Nadav Shragai, ‘Dreaming of a Third Temple’, Ha’aretz , 17 September 1998, h.3, dikutip di Price, Coming , op.cit., h. 417.
29.  Sam Kiley, ‘Yang saleh akan bertahan dan yang lainnya akan lenyap’ The Times, 13 Desember 1999, h.39.
30.  Grace Halsell, ‘The Hidden Hand of the Temple Mount Faithful’ The Washington Report , January 1991, h.8.
31.  Lawrence Wright, ‘Forcing the End’, Frontline, http://www.pbs.org/wgbh/pages/frontline/shows/apocalypse/readings/forcing.html  
32.  Dikutip dari Halsell, Forcing , op.cit., h. 100.
33.  Mike Evans , Israel , America ‘s Key to Survival , (Plainfield, New Jersey, Haven Books, 1980), halaman belakang, xv.
34.  Jeff Halper, Israel as an Extension of America’s Empire, (Israeli Committee Against House Demolitions) makalah yang tidak dipublikasikan.
35.  Noah Hutchings, U.S. in Prophecy, (Oklahoma City, Hearthstone Publishing, 2000); Arno Froese, Terror in America, Understanding the Tragedy, (West Columbia, Olive Press, 2001); Mark Hitchcock, Is America in Prophecy? (Portland, Oregon, Multnomah, 2002); Hal Lindsey, Where is America in Prophecy? video (Murrieta, California, Hal Lindsey Ministries, 2001).
36.  Michael Lienesch, Redeeming America: Piety and Politics in the New Christian Right , (Chapel Hill, North Carolina, University of North Carolina, 1993), h.197.
37.  Rosemary Reuther & Herman J. Ruether, The Wrath of Jonah, (San Francisco, Harper, 1989), h.176. Lihat juga Robert Jewett & John Shelton Lawrence, Captain America and the Crusade against Evil (Cambridge, Eerdmans, 2003).
38.  Edward Said, Orientalism , (New York, Vintage, 1978); Ramon Bennett, Philistine, The Great Deception , (Jerusalem, Arm of Salvation, 1995).
39.  Bennett, op.cit., h.23.
40.  Ibid., h.21.
41.  Ibid., h.23; John Laffin, The Arab Mind , (London, Cassell, 1975), h.70
42.  Dick Armey, ‘Hardball with Chris Matthews’, CNBC, 1 Mei 2002, dikutip dalam ‘Republican Party Leader calls for Ethnic Cleansing of Palestinians on Prime Time Talk Show’ The Electronic Intifada, http://electronicintifada.net/actionitems/020502dickarmey.html  Lihat juga ‘Rep. Dick Armey calls for Ethnic Cleansing of Palestinians’ Counterpunch disunting oleh Alexander Cockburn dan Jeffrey St. Clair, http://www.counterpunch.org/armey0502.html .
43.  Ibid.
44.  Charles Krauthammer, ‘Mideast Violence: The Only Way Out’, Washington Post, 15 Mei 2001; Emmanuel A. Winston menulis di USA Today, called for the ‘resettling the Palestinians in Jordan’ USA Today , 22 Februari 2002; John Derbyshire, ‘Why don’t I care about the Palestinians?’, National Review , 9 Mei 2002.
45.  Walter Riggans, ‘The Messianic Community and the Hand Shake’ Shalom, 1, (1995), termasuk sebuah kutipan dari Benjamin Berger, pimpinan di Kehilat HaMashiach, Jerusalem.
46.  Wagner, ‘Driving’, op.cit., h.9.
47.  Dave MacPherson, cited in Halsell, Forcing , op.cit., h.10.
48.  Karen Armstrong, Holy War, The Crusades and Their Impact on Today’s World , (London, Macmillan, 1988), h.377.

Note:
Stephen Sizer adalah Vicar Gereja Kristus, di Virginia Water. Dia juga kepala Komunitas Injil Internasional di Inggris, dan anggota dewan pengawas sejumlah organisasi termasuk Amos Trust. Selain menjadi anggota Interfaith Group for Morally Responsible Investment dan Institut Kajian Zionisme Kristen, dia juga menjabat kepala pengurus di Sekolah Kesehatan St Ann’s, di Virginia Water. Tesis doktoralnya tentang Zionisme Kristen. Ia menulis sejumlah buku dan artikel.

Artikel ini dialihbahasakan dengan izin penulis oleh Anna Farida dari “Christian Zionism: Road-map to Armageddon?” dalam Volume 1 Issue 4, http://www.palint.org/article.php?articleid=16. Hak cipta pada Palestine Internationalist.

20 ways how to help Palestine

With the ongoing atrocities that are being committed daily in Palestine,
there is a resounding voice of anger and desperation echoing world-wide, as
people search for a way to provide any relief to those who are centered in
the suffering. People are in search of ways to channel this anger.

With the emergence of the internet, and as technology makes our world
smaller every day, new and creative ways to help and aid Palestinians emerge
as well. The following is a list of things people can do to show solidarity
and support. While many are quite simple, they have proven to be very
effective.



1. Write letters everyday. If you have access to e-mail, you can send
multiple newspapers the same letter and save time. The pro-Palestine voice
needs to be heard and believe me; it makes a big difference to send just one
letter a day expressing your thoughts about the media's role or an article
that was recently published in the newspaper. Check out
http://www.pmwatch.org/pmw/main.html as a tool that has a comprehensive list
of e-mail addresses and action items.

2. Boycott ALL Israeli products. Make sure that you read every label of
every product you buy. Also, boycott all American made products or services
whose companies support the economy of Israel. Two excellent websites that
contain lists of companies and products to avoid are
http://www.boycottisraeligoods.org/index.php and
http://www.inminds.co.uk/index.html

3. Volunteer for Palestine no matter where you live. Volunteer your time to
different groups in your area. This information can be obtained from within
the Arab and Moslem communities. Websites such as Al-awda
http://al-awda.org/index.htm , Palestine Solidarity Campaign
http://www.palestinecampaign.org/ , and http://palestinechronicle.com/ have
lists of activities and a calendar of events

4. Donate money to Palestine. If you can not afford it, sell cookies and
send the profit to a charitable organization. Palestine needs our support
now more than ever and we can not let her down. Attend fundraisers, sell
t-shirts, do something.

5. Learn the history of Palestine inside and out. Make sure there is no
doubt in your mind about the truth so that you can respond to any discussion
taking place. Also, if you have non-Arab friends, talk to them, convince

them and show them how biased the American media and governments are.

6. Join rallies in support of Palestine. Make signs, express yourself.
Invite the media.

7. Let everyone know that Arabs are Semites too! We are not being
anti-Semitic but pro-justice.

8. Join ADC (American-Arab Anti-Discrimination Committee)
http://www.adc.org/ They are doing a superb job being the voices of the
millions of Arabs and defending our rights. They also have excellent
resources on their website such as Debunking 6 common Israeli myths .

9. Explain to people the difference between the American fight against
terror and what the Israeli government is doing to the original inhabitants
of Palestine. It is not the same fight and never will be as we all know
Israel is an occupying force.

10. Sign every petition that comes your way that you agree with. The
internet has paved the road for our voices to be heard. Don't be afraid to
join the fight and list your name for the fight for a free Palestine.

11. Distinguish between those who are Jewish and those Israelis who are
against Palestine. This is not a fight against the Jewish people. On the
contrary, we need to thank those of the Jewish faith and those who are
Israelis that have supported our cause and even fought our fight. Gush
Shalom, B'Tselem, Uri Avnery are such groups and individuals that get a
special thank you from the people who want peace to come to our land.
Special thanks to all the groups and individuals that are not mentioned. We
will not forget your deeds.

12. Support the ISM (International Solidarity Movement) for they have braved
the Israeli army and some members are currently incarcerated for the
Palestinian cause. Call your Congressmen and tell them to push for the
release of these people. You can find more information on
http://www.ccmep.org/ . As for government listings, go to
http://www.house.gov/ and http://www.senate.gov/ Always stay in touch with
your representatives and senators to inform them, of the Arab point of view.

13. Be proud to be a supporter of Palestine. Wear pins that say Free
Palestine, fly the flag, and don't be intimidated. It's a chance to educate
the public when you wear a shirt that expresses your views. Please remember
that the American public often relies on the biased media and does not have
a chance to get factual information. When Europeans learned the truth, they
backed our cause and so will the American people. We should be proud of our
achievements as the tide is changing!

14. E-mail President Bush and let him know your views
(president@whitehouse.gov). The more people speak out, the further our cause
will go.

15. Do something for Palestine every day. It can be in the form of
donations, letter-writing, meeting your representatives, educating others,
etc. Just one thing.to Free Palestine!

16. . If you were not around in Palestine in 1947 and 1948, call your
relatives who were and ask them for information. Then write it down. We will
never forget what happened and this way, we make sure it is documented.

17. Remember the Palestinians' struggles throughout history. They were
occupied for hundreds of years by the Romans, Crusaders, and Turks. This is
just another part of history where they will come out victorious as they
have for thousands of years. There will be a State of Palestine.

18. Remember those who are killed by Israel. Memories of the dead will never
leave our minds, they are etched there forever.

19. Support Peace! Show the world that the Palestinian People are not
terrorists but they are fighting for the right to survive in a State of
their own. We should condemn suicide bombings as they take the struggle to a
free Palestine back many steps. We understand that the Palestinian People
have no Tanks, Apache helicopters, or F-16s and this is how they defend
themselves and fight for their freedom but most of the world does not. We
need the support of all humanity now so please join the peace effort.

20. Keep your faith and pray for Palestine.

Please do not feel that you have to apply each activity, just take some
action as we need all the voices available for our cause to be heard.
Finally, I hope that you have found this information helpful and that you
will apply some of the ideas included.
 
http://www.almoltaqa.ps/english/showthread.php?t=6075